Ketika Otak Menguji Realitas Melalui Pengulangan
Dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman akan sesuatu yang "terasa aneh" sering kali kita abaikan. Namun, pengalaman seperti dj vu dan jamais vu justru membuka jendela penting untuk memahami bagaimana otak kita bekerja. Penelitian terbaru yang dilaporkan oleh ScienceAlert pada 6 Mei 2025 menyuguhkan temuan luarbiasa tentang bagaimana pengulangan mempengaruhi sistem memori manusia. Studi yang dilakukan oleh tim peneliti, termasuk Akira O'Connor dari Universitas St Andrews, memberikan bukti ilmiah pengalaman jamais vu bukan sekadar halusinasi sesaat, melainkan refleksi penting dari mekanisme otak dalam melakukan pemeriksaan realitas dan mempertahankan fleksibilitas kognitif.
Dj Vu dan Jamais Vu : Dua Sisi dari Mata Uang yang Sama
Dj vu adalah istilah Perancis yang berarti "sudah pernah melihat". Fenomena ini terjadi ketika seseorang merasakan keakraban yang kuat terhadap situasi yang sebenarnya baru dialami. Sebaliknya, jamais vu - "belum pernah melihat" - adalah pengalaman sebaliknya : sesuatu yang seharusnya familiar terasa asing, tidak nyata, atau bahkan membingungkan.
Kedua fenomena ini sering kali dianggap sebagai bentuk kesalahan dalam sistem ingatan, namun penelitian terbaru justru menunjukkan keduanya berfungsi sebagai semacam "pengingat" atau sinyal dari otak bahwa ada yang tidak sinkron antara persepsi dan memori. Dalam konteks ini, dj vu adalah peringatan bahwa keakraban mungkin bersifat keliru, sedangkan jamais vu memberi tahu bahwa otomatisasi dalam pemrosesan informasi telah melampaui batas kewajaran.
Eksperimen Kata-Kata yang Hilang Makna
Dalam dua eksperimen kunci yang dijelaskan dalam laporan ScienceAlert, para peneliti meminta peserta untuk menyalin kata-kata sederhana berulang kali. Eksperimen pertama melibatkan 94 mahasiswa yang diminta menyalin kata-kata seperti "pintu" atau "padang rumput" secara berulang. Hasilnya mengejutkan: sekitar 70% dari peserta melaporkan pengalaman jamais vu, biasanya setelah 33 kali pengulangan.
Dalam eksperimen kedua, kata yang digunakan adalah "the", sebuah kata yang paling umum dalam bahasa Inggeris. Hasilnya tetap menunjukkan kecenderungan yang sama: sekitar 55% peserta mengalami sensasi jamais vu setelah sekitar 27 kali pengulangan.
Deskripsi pengalaman para peserta mencerminkan hilangnya makna dan timbulnya rasa asing terhadap kata yang diulang. Salah satu peserta bahkan menggambarkan seolah-olah ada yang menipunya untuk mempercayai bahwa kata tersebut benar-benar ada.
Kognisi, Representasi, dan Kejenuhan