Pembantaian 1.400 Jiwa Anak Manusia di Arab-Suriah
Belum lama ini pasukan teror yang terkait dengan al Qaeda yang bersekutu dengan presiden sementara Suriah - seorang mantan teroris al Qaeda - dituduh membantai warga Alawi serta anggota masyarakat Kristen yang jumlahnya semakin menyusut di negara itu. Konon warga minorits yang terbantai itu berkisar dari angka ratusan hingga 1.400 jiwa
Tulsi Gabbard di depan Senat AS mengatakan para pemimpin AS bersikap ramah kepada para ekstremis Islam, dan menyebut mereka pemberontak. Suriah sekarang dikendalikan oleh cabang al-Qaeda HTS, yang dipimpin oleh seorang Jihadis Islam yang menari-nari di jalan pada peristiwa 9/11, dan yang bertanggungjawab atas pembunuhan banyak tentara Amerika.
Saksi mata membenarkan laporan pasukan Islamis membunuh ulama terkemuka Alawite berusia 86 tahun, Shaaban Mansour, dan putranya, Hussein Shaaban. Â Mansour tewas pada hari Jumat bersama putranya di desa Sahlab di Suriah barat. Penduduk di sana menuduh para pejuang yang bersekutu dengan Damaskus membunuh mereka.
Populasi Kristen yang cukup besar yang tinggal di daerah tsb juga dilaporkan telah diserang. Media Greco-Levantines Worldwide melaporkan sebuah keluarga muda, termasuk anak mereka yang masih bayi, terbunuh pada hari Jumat lalu. Seorang ayah dan anak, Tony dan Fadi Petrus, juga dieksekusi oleh kelompok Islamis.
Komunitas minoritas Alawite, cabang dari Islam Syiah mencakup sekitar 10% dari populasi Suriah. Komunitas Alawite tengah mencari dukungan dari AS.
Dalam komentar pertamanya mengenai kekerasan tersebut, Presiden sementara al-Sharaa mengatakan pasukan pemerintah akan mengejar sisa-sisa pemerintahan Bashar Assad yang digulingkan. Kami akan terus mengejar sisa-sisa rezim yang telah tumbang ... Kami akan membawa mereka ke pengadilan yang adil, dan kami akan terus membatasi senjata untuk negara, dan tidak akan ada senjata yang tersisa di Suriah, demikian Sharaa dalam pidato yang direkam sebelumnya.
Sekjen PBB Antnio Guterres, politisi Eropa, dan diplomat dari pemerintahan Biden sebelumnya telah berupaya merayu Sharaa dengan keringanan sanksi dan hubungan diplomatik sejak Desember. Para kritikus berpendapat mantan teroris ISIS dan al-Qaeda, Sharra, tidak bisa begitu saja mengenakan jas dan berpura-pura telah meninggalkan ideologi dan metode terorisnya.
Sekelompok ulama Alawite, Dewan Islam Alawite, menyalahkan pemerintah atas kekerasan tsb, dengan mengatakan para milisi telah dikirim ke pantai dengan dalih (memerangi) 'sisa-sisa rezim', untuk meneror dan membunuh warga Suriah. Mereka menyerukan agar wilayah tsb ditempatkan di bawah perlindungan PBB.
Kekerasan meningkat pada hari Kamis ketika pihak berwenang mengatakan kelompok milisi yang berpihak pada Assad telah menargetkan patroli keamanan dan pos pemeriksaan di wilayah Jableh dan pedesaan sekitarnya, sebelum menyebar. Moussa al-Omar, seorang tokoh media Suriah yang dekat dengan kepemimpinan baru negara itu, mengatakan kepada Reuters puluhan ribu milisi dalam pasukan keamanan Suriah yang baru dibentuk telah dikerahkan ke pantai dalam operasi tersebut dan ketertiban sebagian besar telah dipulihkan pada Jumat malam.