Indonesia Kini dan Mendatang antara Delusi dan Realitas
100 hari Prabowo belum meyakinkan memang. Juga terobosan yang baru-baru ini dilakukannya yi membentuk Danantara yang mempunyai kekayaan Rp 15.000 Trilyun, termasuk kiprahnya untuk membangun hubungan internasional yang senafas dengan konstitusi negara yaitu menjaga perdamaian dunia dengan tidak ikut blok ini dan itu, melainkan berhubungan dengan semua negara.
Dalam situasi global tak menentu karena sejumlah persoalan yang sebagian di antaranya adalah persoalan klasik seperti masalah geopolitik, masalah perdagangan dll, Prabowo tetap optimis menatap hari depan negeri ini, bahkan belum lama ini ia mengatakan sekitar tahun 2050 Indonesia pasti akan meninggalkan Inggeris dan Jepang. Itu artinya Indonesia Emas tahun 2045 memang harus terwujud. Itu bukan visi pendahulunya atau dari dia sendiri, melainkan visi bangsa ini yang sudah terlalu lama terpuruk dalam delusi yang berkepanjangan, karena faktor internal maupun faktor eksternal yang boleh jadi sebagian telah dapat diatasi.
Kita hanya perlu tafakur sejenak bahwa di hadapan kita sekarang adalah generasi penerus bangsa yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Generasi now adalah generasi yang hanya mau tahu bahwa pemerintah sekarang harus dapat menciptakan ekosistem yang kondusif dan adil dalam soal pekerjaan. Dengan kata lain pendidikan tinggi yang mereka tempuh seharusnya tidaklah lagi sulit mencari pekerjaan dengan upah yang sesuai dengan prestasi dan dedikasi mereka. Bukan lagi seperti zaman Orba harus cari cantolan kesana kemari baru bisa memperoleh pekerjaan, sehingga selalu muncul semacam oligarki dalam sistem kekuasaan negara.
Dari cara berpolitik kita pun, generasi sekarang malah mencemoohnya bukannya karena kurang faham, tapi demokrasi yang mereka lihat sekarang adalah demokrasi gontok-gontokan, demokrasi serang-menyerang dan sandera-menyandera. Ini tak masuk akal mereka, karena seharusnya bangsa ini sudah harus lulus Si bahkan S3, bukan bermental kanak-kanak terus sepanjang masa.
Apakah ilustrasi ini benar atau tidak tapi itulah faktanya Indonesia sekarang. Dari perspektif manapun kita melihat semuanya serba delusif dan serba tak masuk akal.
Membaca arah
Danantara dan Optimisme 2050
Bangsa ini sedikit terkejut ketika Prabowo belum lama ini membentuk Danantara, lembaga investasi dengan aset Rp 15.000 triliun.
Ini jelas langkah besar, tetapi ada beberapa pertanyaan mendasar : Dari mana sumber kekayaan ini? Apakah dari aset negara, BUMN, investasi asing, atau lainnya?; Bagaimana mekanisme pengelolaannya agar tidak menjadi beban fiskal negara?; Sejauh mana dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi nyata bagi rakyat?