Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Kopi Asia Semakin Dinamis

27 September 2022   18:52 Diperbarui: 2 Oktober 2022   09:17 3241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Secangkir arabica di Bajawa Cafe, Depok Belanda. Foto: Parlin Pakpahan.

Saya punya beberapa kafe favorit di dekat kost-kost-an saya di Joyogrand Malang yang saya kunjungi sekali atau dua kali seminggu, kata Rendra. Caf-caf tsb memiliki suasana yang menyenangkan untuk bekerja dan mereka juga menjual makanan.

China mengalami tren serupa. Kedatangan rantai asing termasuk Starbucks dan Costa Coffee pada akhir 1990-an di kota-kota China telah menarik konsumen muda. Dan kemunculan jaringan lokal dan kios pinggir jalan dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong budaya minum kopi di China.

Menurut laporan Maret 2021 oleh outlet berita keuangan Yicai, Shanghai sekarang memiliki jumlah kedai kopi yang berdiri sendiri tertinggi di dunia, dengan 6.913 outlet. Ini lebih dari 3.826 di Tokyo, 3.233 di London dan 1.591 di New York.

Seperti yang ditunjukkan oleh studi Yicai, gerai kopi di China terkonsentrasi di daerah perkotaan yang makmur, yang menargetkan kaum muda.

Orang-orang muda memiliki daya beli dan uang untuk dibelanjakan dan mereka ingin mencoba hal-hal baru. Kalau ada tren dan produk baru yang menarik, mereka mau mencobanya.

Awalnya, para pemuda penyecap kopi ini menggunakan pengalaman mereka studi di luar negeri untuk menggerakkan pasar di China, yang semula adalah masyarakat peminum teh tradisional. Kemudian datang merk lokal seperti Manner Coffee dan Luckin Coffee yang menjadi tren dengan layanan bawa pulang. Kedai-kedai itu mempunyai daya tarik sendiri buat kaum urban yang sering bepergian dengan harga mulai dari 10 yuan (US $ 1,50) hingga 25 yuan.

Generasi muda China tidak punya waktu untuk duduk di kedai kopi. Mereka hanya mengambil minuman itu dan pergi. Minum kopi dari gerai yang biasanya menyandang nama asing yang khas juga mencerminkan urbanisasi dan daya beli penduduk yang terus meningkat.

Beberapa tidak terlalu suka kopi atau tahu apa itu minuman kopi, tetapi memegang satu cangkir kopi dan berjalan-jalan dengannya membuat mereka berpikir gaya seperti itu terlihat mewah.

Layanan pengiriman di China yang efisien benar-benar membuat minum kopi menjadi murah dan mudah didapatkan. Seperti kebanyakan kaum urban, para pemuda pekerja ini menggunakan aplikasi seluler untuk memuaskan hasrat minum kopinya tanpa meninggalkan kantor atau rumah.

Untuk memberi kesan berbeda, rantai khusus seperti Kopi Seesaw dan Kopi Mellower menawarkan menu minuman inovatif dari kopi campuran alkohol yang ditargetkan untuk kaum urban. Seesaw juga telah bekerja sama dengan desainer Finlandia Marimekko dalam co-branding, sementara di Manner, pelanggan yang membawa cangkir sendiri mendapatkan potongan 5 yuan dari tagihan.

Tampilan Coffee Toffee di bilangan Jaksel. Foto: coffeetoffee.co.id
Tampilan Coffee Toffee di bilangan Jaksel. Foto: coffeetoffee.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun