Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Misi Damai Jokowi di Teater Eropa

27 Juni 2022   18:33 Diperbarui: 30 Juni 2022   18:21 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Volodymyr Zelensky, Jokowi dan Vladimir Putin. Foto : era.id

Di forum G7, Indonesia Cq Jkw selaku presidensi G20 pada Nopember yad di Bali akan diuji diplomasinya, setelah AS tak terlalu mempersoalkan kehadiran Putin di Bali, tapi Biden menyorongkan agar Zelensky turut hadir juga disitu. Sebagai tuan rumah, tentu penolakan Jkw untuk mengiyakan maunya barat agar Putin dicoret, adalah tepat, demikian juga komprominya dengan barat bahwa Zelensky bakal dihadirkan di Bali.

Pada moment G7 inilah Jkw dapat menawarkan kompromi lain yi bagaimana agar barat bersikap netral, sebab point netral inilah yang akan dibawa Jkw ke Moskow. Netral artinya, barat jangan terlalu menomorsatukan nilai dan kepentingan mereka, apalagi kalau cara berpikir seperti itu adalah warisan cold war pasca PD II.

Selama kl 3 bulan Perang Ukraina, barat terkesan kuat tetap tampil seakan raja dunia, seakan jagoan iptek dalam persenjataan, seakan juara HAM sedunia, dengan me-Meme-kan Putin sebagai jagoan PD II yang akan menjadi "bebek lumpuh" tak lama lagi.

Lalu me-Meme-kan Zelensky seakan Rambo-nya barat dan yang lucu Zelensky diseakankan pahlawan HAM dunia yang akan bertahan dari gempuran Rusia, karena bantuan barat dan kaum HAM liberal keblinger di dunia barat. Intinya mereka ngotot dengan nilai-nilai barat yi penegakan HAM tanpa melihat apa faktor kausalitas disitu, sebagaimana HAM di Papua Indonesia tanpa melihat kausalitasnya di medan Papua yang tak pernah lepas dari klandestin asing dan puppet lokal yang butuh separatisme papua agar bisa mabuk setelah terima dana asing yang diseakankan dana perjuangan, padahal prett ..

Sejauh Jkw berhasil meyakinkan komunitas G7 agar bisa memulai periubahan menuju sikap netral dimaksud tanpa terpengaruh ini itu ono, maka Jkw tinggal memainkan 2 kartu terakhir, yi bagaimana agar Zelensky disadarkan dari mimpi utopis betapa gegabahnya ia mengorbankan warganya dan mengorbankan gandum Ukraina yang melimpah ruah itu menjadi ladang gersang hanya gegara terprovokasi sistem kapitalisme barat yang belum tentu dijiwai bangsa Ukraina yang sudah dari sononya satu sejarah dengan Rusia.

Toh Rusia sudah menjanjikan sejak awal bahwa Ukraina tidak akan diduduki. Dengan kata lain Ukraina tetap sebagai negara berdaulat di kawasan Eropa-Slavia, tapi terpaksa dihukum abangnya Putin dengan membersihkan 2 republik otonom di Ukraina yi Donetsk dan Lugansk dari nasionalisme keblinger Ukraina di bawah Azov yang disebut-sebut sebagai Neo-Nazi. Itu adalah konsekuensi logis dari pembangkangan Ukraina dari Perjanjian Minks I dan Minks II yang direlease 2014 dan 2015.

Dapatkah Jkw masuk disini. Tentu bisa, sejauh ia mendengarkan pemikir-pemikir international affairs kita seperti Dr. Connie Rahakundini dan Dr Hikmahanto Juwana disamping pendadaran dari Menlu Retno dan think tank Deplu RI.

Katakanlah setengah berhasil di Kiev, dengan modal sebegitu saja Jkw sudah gampang berdiplomasi di Moskow. Yang penting kursi G20 buat Rusia di Bali diyakinkan aman dan tetap kokoh, seraya mendekati bagaimana agar pada kesempatan G20 di Bali Putin dapat berunding langsung dengan sang adik Zelensky dibawah mediasi Indonesia Cq Jkw yang haqul yaqin tak bakal plintat-plintut, sebagaimana Turki kemarin.

Berat memang, tapi bukan tak dapat dimainkan. Asal tahu, Jkw adalah seorang pemimpin yang berimajinasi bagus dalam diplomasi sebagaimana dibuktikannya selama ini di teater lokal Indonesia dan teater Asean.

Inilah saatnya bagi Jkw untuk tampil sebagai negarawan yang akan dikenang dunia sepanjang masa, karena berhasil menjadikan mandala perang Ukraina sekarang sebagai sebuah terobosan bahwa tak ada kalah dan menang di Ukraina, karena yang terjadi disana adalah sebuah jendela baru dunia untuk tidak lagi melihat dunia sebagai peta hegemoni Barat dan Timur, melainkan peta kebangsaan yang melekat disitu dengan segala warisannya yang harus dihormati.

Pada akhirnya, kita sebagai anak bangsa turut mendoakan semoga ayunan Bung Karno tempo doeloe dalam politik luar negeri akan terulang lagi dalam irama lain di tangan negarawan kita zaman now Jkw, sehingga kita pun yakin perjalanan Jkw selanjutnya ke UEA akan lebih sebagai rekreasi setelah berlelah-lelah berdiplomasi di teater Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun