Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

TPU Kerkhof Sukabumi Korban Vandalism dan Ketidakperdulian

20 Januari 2022   10:07 Diperbarui: 20 Januari 2022   10:12 2950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
makam adikku Ingot Pakpahan yang nyaris hancur di TPU Kerkhof Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.

TPU KERKHOF SUKABUMI KORBAN VANDALISM DAN KETIDAKPERDULIAN

Arnold Joseph Toynbee (14 April 1889 -- 22 Oktober 1975) adalah Sejarawan Inggeris terkemuka pada dekade 1940-1950. Karya dahsyat Professor Toynbee adalah "A Study of History" 12 jilid tebal-tebal yang ditulis sepanjang hampir 3 dekade (1934-1961). 

Salah satu yang menarik dari buku monumental itu adalah kesimpulan Toynbee setelah meneliti kebangkitan dan kejatuhan 26 peradaban dalam perjalanan sejarah manusia. 

Sebuah peradaban bangkit karena berhasil menjawab tantangan zaman di bawah kepemimpinan minoritas kreatif yang terdiri dari para pemimpin elit, demikian Toynbee. 

Sampai sejauh ini kedua belas jilid buku monumentalnya itu masih dikutip banyak orang, bahkan cukup banyak bagian dari buku 12 jilid itu yang dijadikan quotes dalam diskusi-diskusi akademik maupun politik..

Ingatan tentang Toynbee tak lepas dari permasalahan yang dihadapi Indonesia sekarang. Mampukah kita mencari solusi apapun sejauh terkait dengan kepentingan nasional kita, ntah itu masalah yang kelihatan sepele seperti kerukunan antar tetangga misalnya, apalagilah yang besar-besar seperti eksperimen kemandirian kita terkait ekonomi kreatif dan iptek masa kini yang menopang kehidupan nasional kita dan yang terpenting lagi bagaimana kita berkompetisi dengan negara-negara lain yang tentu ingin survive dan abadi seperti apa maunya kita sekarang.

Pintu masuk bagian belakang yang tak pernah punya gerbang yi TPK Kerkhof Sukabumi di Jln Pramuka lingkar bawah. Foto Parlin Pakpahan.
Pintu masuk bagian belakang yang tak pernah punya gerbang yi TPK Kerkhof Sukabumi di Jln Pramuka lingkar bawah. Foto Parlin Pakpahan.

Mengerucut ke bawah salah satu permasalahan yang saya lihat belum lama ini adalah soal tempat pemakaman umum. Sialnya masalah itu nongol di kota Sukabumi yi kota masa kanak-kanak saya hingga tamat SMP sebelum melanjutkan SMA ke Yogyakarta dan PT di Semarang, kemudian married, lalu dinas everywhere hingga ke Timtim. 

Tak heran saya lama eksodus dan jauh dari kota kecil yang indah itu. Yang saya syukuri ada penjaga gawang disana yi adikku Ninik dan iparku Lucky. 

Keduanya tetap setia di kampung halaman keduaku itu setelah Rantau Prapat Sumatera utara. Adikku perempuan satu-satunya itu baru saja berpulang ke rumah Tuhan akhir 2021 ybl. Syukurlah adik iparku beserta keluarga tabah melepasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun