Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kopi Arabika Wine Arjuno Nan Eksotis dari Malang

10 Januari 2022   08:04 Diperbarui: 11 Januari 2022   22:31 2974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Punoekawan Roastery, Joyo Agung, Malang. Foto : Parlin Pakpahan

Kopi Arabika Wine Arjuno Nan Eksotis Dari Malang

Malang raya adalah sebuah kabupaten - tadinya beribukota Malang dan kini Kepanjen - berwilayah cukup luas dan unik. Dari daerah dingin inilah konon terdapat kerajaan tertua di Jawa yi Kerajaan Kanjuruhan kl 760 M dan di daerah ini pulalah Belanda lama menancapkan kakinya untuk mengeksploitasi alamnya yang kaya. Meski kolonialis, tapi legacy Belanda yang tak terlupakan adalah Apel Malang dan Kopi Dampit Malang disamping pendidikan ala Eropa yang terkenal disiplin. Disebut Malang raya karena mencakup kota Malang, kota Batu, 33 Kecamatan, 12 kelurahan dan 378 desa. Jumlah penduduk Malang raya kl 2,5 juta dengan luas wilayah 3.530,65 Km2 dan sebaran penduduk 698 jiwa per Km2.

Salah satu yang menarik perhatian saya setelah sekian lama meninggalkan kota Malang adalah perkembangan kepariwisataannya yang cukup bagus. Terlihat ada greget dengan penyebaran merata aneka cafe di kota Malang dan di daerah-daerah wisata tertentu seperti Batu, Pujon, pantai selatan seperti Sendangbiru dst. Yang cukup mencengangkan disini adalah suguhan kopi khas Malang-an.

Cafe Kopi Tuwo di Joyo Agung dekat perumahan Joyogrand misalnya, saya lihat aneka kopi Malang ada tersedia disitu, mulai dari Robusta Dampit, Arabika Arjuno, Ijen dan kopi-kopi lainnya dari berbagai pelosok Malang, ntah itu Kawi, Ngantang, Pulosari, Lawang dst. Yang pasti suguhan kopi arabika-lah yang relatif mahal dibandingkan kopi robusta. Dan di warkop-warkop yang bertebaran dimana-mana, kopi bubuk robusta dan kopi sachetan buatan Malang ada disitu dengan harga per cangkir murah meriah tentunya. Modal lima ribu perak sudah ngopi dah di warkop rakyat. Di cafe menengah seperti Kopi Tuwo dipatok mulai tujuh ribuan hingga kopi arabika yang dua puluh ribuan ke atas dan di cafe-cafe high class ya tak ubahnya seperti di Jabodetabek, katakanlah Jacob Coffee di Depok Belanda yang mematok kopi termurah mereka dua puluh lima ribuan hingga yang termahal lima puluh ribuan ke atas seperti harga secangkir kopi di Starbucks.

Di tengah ketercenungan saya terhadap perkembangan yang cukup mengejutkan itu, sepulang ngopi dari Kopi Tuwo, saya melintas tak sengaja dekat rumah makan - masih di Jln Joyo Agung yang berimpit dengan pintu masuk utama Joyogrand - dimana saya biasa breakfast dan saya lihat seorang anak muda tengah melakukan penggilingan kopi, padahal saya baca tempat dia bekerja itu adalah sebuah cafe bernama Punokawan - Jln Joyo Agung, Kav 4, Merjosari, Lowokwaru, Malang, Jawa Timur - tapi sepertinya itu hanya tinggal papan nama saja. Yang saya lihat sekarang cafe itu telah jadi tempat pengolahan dan pengemasan kopi dengan merk yang diubah sedikit dari Punokawan menjadi Punoekawan.

Kami pun berkenalan. Anak muda itu bernama Febrian Eka (31 tahun). Ia sudah cukup lama mangkal di Joyo Agung. Juga saya berkenalan dengan isterinya yang bernama Intan. Pasangan ini mempunyai anak dua. Keduanya asal Pandaan dan sudah cukup lama menjalankan bisnis percafean dan sekarang perkopian di Malang.

Febrian Eka banting setir menjadi roastery kopi karena perputaran bisnisnya di percafean agak tersendat. Maklumlah bisnis kuliner dan percafean di Malang memang luarbiasa kompetitif seirama dengan perkembangan kepariwisataan di daerah ini.

Dengan keramahan khas Malang, Febri yang tiga perempat bagian cafenya di lantai bawah kini jadi roastery kopi itu, tak urung menyuguhkan kopi kepada saya. Sebelum menyeduh, ia bertanya kopi apa Om? Kopi yang unik eksotis dan pastikan kopi arabika. Kalau begitu hasil inovasi kami saja ya? Apa itu? Kopi Arabica Wine yang bahan bakunya adalah Kopi Arabika Arjuno dari lahan perkopian Gunung Arjuno di sisi Malang, sahutnya. O boleh .. boleh .. siapa tahu sossok.

Ternyata dan ternyata luarbiasa cuk. Aroma anggurnya tercium ketika diseduh dengan alat ekstraksi kopi mini eks cafe punokawan. Dan begitu saya teguk perlahan sambil icip-icip. O God. Fantastis. Rasa oranges-nya jauh di atas Kopi Arabika Lintong dan Kopi Arabika Kayu Aro Kerinci yang adalah favorit saya 1 tahun terakhir ini. Rasa herbal Arabica Wine Arjuno tak terkatakan, seakan aneka herbal hutan ada disitu yang jauh sebelumnya telah menginspirasi Ralph Lauren dalam pembuatan parfum herbal. Dan yang tak kalah unik bahkan eksotis ada rasa alkoholnya, meski tak sebanyak 5% alkohol ala Bir Bintang misalnya. Woahh ini sossok sekali di cafe-cafe high class dik Febri. Mengapa tak segera diexpose secara nasional? Febri hanya tersenyum.

Karena naksir banget-banget sama Kopi Arabica Wine Arjuno. Kami pun sepakat untuk besok ketemu lagi dalam sebuah bincang-bincang tentang Arabica Wine Arjuno dan Kopi Malang pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun