Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Selamat Tahun Baru 2022

1 Januari 2022   08:21 Diperbarui: 1 Januari 2022   08:25 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda nama baru dari pengembangan wisata kota Malang tempo doeloe via proyek zona 3 kayutangan. Foto : Parlin Pakpahan.

Selamat Tahun Baru 2022

Tak terasa sudah 1 minggu ini di Malang. Cukup banyak kejutan terkait kemajuan kota Malang. Kalau soal pembangunan fasilitas layanan umum termasuk prasarana penting seperti jalan dan jembatan. Itu tak aneh. Yang menarik perkembangan yang terjadi selama ini adalah aktivitas ekonomi masyarakat itu sendiri yang bergerak sendiri dan ber-evolusi sesuai tuntutan perut, keadaan dan mentalitas manusia Arema.

Maka yang mengagumkan kota Malang yang tadinya kecil setelah dimekarkan pada era Otda tahun 2000-an, kini daerah pinggiran yang merupakan daerah perluasan pemekaran seperti Merjosari di Malang barat dan Kedungkandang di Malang timur misalnya, geliat ekonomi masyarakat sudah nyata terlihat. 

Tanpa harus tunggu investor asing, warga bertumbuhan satu persatu dan akhirnya membentuk lingkar perekonomian yang wajar. Dan yang terpenting lingkaran itu bertitik sentral pada ekonomi pendidikan.

Industri pendidikan memang vital artinya bagi kota Malang. Bayangkan, di kota yang baru berusia 107 tahun ini, ada ratusan PT, tak terhitung SMA ke bawah, ratusan ribu kost-an harus ada dan ribuan kedai makan serta tempat perbelanjaan kecil yi warung-warung rakyat, termasuk ritel medium seperti Indomart dan Alfamart, caf-caf kecil-medium zaman now harus ada. Kalau urusan di luar itu, ntah perfabrikan, perkebunan dan agro ekonomi lainnya, itu adalah urusan Pemerintah Kabupaten Malang Raya.

Kota Malang cukup dengan urusan perkotaan, terutama layanan pendidikan, tapi tentu berkepentingan juga dengan pariwisata terkait ikon-ikon Malang tempo doeloe seperti gedung-gedung peninggalan Belanda. 

Obyek wisata sebangsa sejarah dan legenda satu-satunya yang dimiliki kota Malang hanyalah situs Ken Arok dan Ken Dedes di Singosari. Sedangkan obyek wisata alam dengan layanan vip di Batu misalnya, itu urusan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Malang Raya.

Titik awal proyek zona 3 kayutangan Malang dalam rangka pengembangan wisata kota tempo doeloe. Foto : Parlin Pakpahan.
Titik awal proyek zona 3 kayutangan Malang dalam rangka pengembangan wisata kota tempo doeloe. Foto : Parlin Pakpahan.

Berbeda dengan para pendahulunya, Walikota Malang sekarang Sutiaji fokus pada pengembangan ikon-ikon MaIang tempo doeloe. Ia ingin Kawasan Kayutangan Heritage terkoneksi dengan Alun-Alun Kota, Tugu Jan Pieterszoon Coen dan Stasiun Kota Baru Malang di Jln. Trunojoyo, hingga ke Pecinan di bilangan Pasar Besar.

Malang Tempo Doeloe memang ada di zona cukup lebar itu. Maka untuk mempermudah dibuat 3 zonasi untuk perencanaan dan pelaksanaannya, Zona 1 Tugu Jan Pieterszoon Coen dan sekitarnya seperti Splendid-Inn, Balaikota dan Setasiun Kota Baru; zona 2 ada di Alun-Alun Merdeka atau Alun-Alun Kota hingga ke Pecinan di bilangan Pasar Besar dan sekitarnya dan zona 3 di bilangan Kayutangan sepanjang Basuki Rachmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun