Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tenggelamnya Kapal Megabahari

27 Januari 2023   20:36 Diperbarui: 27 Januari 2023   20:50 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini adalah pelayaran perdana. Kami memberi diskon dan harga tiket lebih murah."

"Itulah masalahnya kapten. Semua itu kini membuat tekanan kapal terlampau besar. Air sedang merembes masuk ke kompartemen 6 dan 7," jelas sang kelasi. Perjelasan kelasi yang bernama pak Marwoto itu terhenti sejenak.

"Apa artinya itu?" tanya sang kapten penuh kecemasan.

"Kapal ini akan tetap terapung kalau air hanya merembes dan memenuhi 5 kompartemen pertama. Jika air mulai menerobos kompartemen 6 dan 7, maka dipastikan bahwa air juga akan merembesi ke 18 kompartemen lainnya. Itu artinya kita harus segera mengevakuasi warga kapal ini. Dalam tiga jam kedepan, Megabahari akan mencium dasar laut samudera pasifik."

Mata kapten Sulistyo mendelik seakan mau meloncat keluar dari rongga tengkoraknya. Ia tak menyangka bahwa hari ini akan menjadi hari terkelam dalam tiga puluh dua tahun karirnya sebagai seorang kapten kapal.

***

Tiga hari sebelumnya...

"Kau harus percaya bahwa tambahan beban ini tak akan banyak berpengaruh terhadap pelayaran kita. Semua mata di negeri ini sedang tertuju pada hotel raksasa terapung ini. Kita bisa untung besar dan semua orang akan tahu bahwa maskapai pelayaran kita adalah yang paling ulung di bumi nusantara ini, Sulistyo."

"Aku tahu itu Freidrich, tapi kita tidak boleh pernah melanggar ketentuan standar keselamatan demi keuntungan belaka..."

"Sulis, sejak kapan kau berubah menjadi sebodoh ini? Ingat! Akulah yang mengorbitkanmu sebagai orang nomor satu di Megabahari. Kau berutangbudi padaku. Percaya saja, tidak akan ada kecelakaan ataupun kerugian. Aku sudah berpengalaman menakhodai kapal pesiar selama 20 tahun, sejak masa mudaku dan tak pernah terjadi masalah apapaun mengenai overbagasi ini. Ini kapal laut Sulis, bukan pesawat!"

"Baiklah. Saya akan mengizinkan pemuatan 1.800 penumpang lagi," kata Sulistyo dengan nada pasrah. Perdebatan itu berakhir dan Sulistyo tercenung. Ia kalah atau mungkin lebih tepatnya mengalah. Dia tahu, bahwa sangat berbahaya baginya untuk melawan permintaan orang nomor satu di PT. Naval Abadi itu. Itu sama saja dengan bunuh diri. Lagipula, menurut anggapan Sulistyo sendiri, selama mendatangkan keuntungan, mengapa keputusan itu tidak dapat dilaksanakan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun