Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Ketika Raja Rimba Wafat"

26 Januari 2023   18:10 Diperbarui: 26 Januari 2023   18:12 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                                

Langit bergemuruh, disambut kilat yang saling balas sambar-menyambar. Alam rimba seakan menangis. Tokoh kunci warga rimba, sang singa telah pergi untuk selamanya.

Sore itu, setiap warga rimba menyemut mengelilingi sosok tubuh singa yang kaku membatu sambil memberikan penghormatannya yang terakhir. Sebagai wakil sang pemimpin, serigala berdiri sambil berorasi.

"Saudara-saudari, anda hadir di sini sebagai saksi sejarah rimba. Raja yang telah mengayomi kita selama beberapa dekade ini telah wafat. Ia akan meninggalkan berbagai kesan di hati saudara sekalian. Jika sekiranya itu adalah kesan yang buruk, biarlah itu berlalu dengan terbenamnya mentari di hari ini. Sebaliknya, demi harapan baru yang terbentang di hadapan kita, kenanglah raja kita ini sebagai pembela bangsa rimba yang gigih di hadapan musuh-musuh kita.."

*** 

Setelah kepergian raja rimba, timbul berbagai polemik. Timbullah tiga kelompok besar dalam masyarakat yang memberi penilaian terhadap kinerja sang raja yang telah mangkat.

Kelompok pertama memandang kepergian sang singa sebagai suatu keruntuhan dari kemapanan kejayaan Kerajaan Rimba. Mereka menangisi kepergian sang raja dengan ungkapan belasungkawa yang mendalam. Mereka merindukan munculnya pemimpin yang meniru gaya kepemimpinan sang raja yang mengedepankan keteraturan sosial, merepresi setiap kerusuhan dengan cekatan serta menampilkan bangsa rimba yang disegani oleh bangsa lainnya. Ia juga dipandang sebagai pembela bangsa rimba dari musuh-musuh yang kuat seperti para pemburu dari kota. Sang serigala adalah tokoh penting dari kelompok ini.

Tidak semua warga sejalan dengan kelompok ini. Kelompok kedua seolah merasa begitu bahagia mendengar berita kematian ini dan menggelar pesta secara diam-diam (karena secara faktual, militer rezim dinasti singa masih berkuasa). Kematian sang singa dipandang sebagai awal fajar baru bagi kebebasan dan kemerdekaan individu warga rimba. Mereka memandang pemerintahan singa terlalu kaku, kurang kreatif serta kurang memberi ruang bagi keberagaman. Kebanyakan dari kelompok ini adalah kaum oposisi politik sang raja. Mereka mengharapkan pemerintahan demokratis di seantero wilayah rimba. Gorila adalah tokoh utama kelompok ini.

Bagaimanapun. tidak semua warga terpecah ke dalam dua kelompok ini. Adapula kelompok yang memilih untuk apatis terhadap setiap sentimen yang muncul. Mereka  tak memberi bobot penilaian yang tendensius terhadap pemerintahan sang raja, tetapi melihatnya secara berimbang. Mereka mengharapkan raja yang kuat seperti singa namun membenci segala jenis pemusatan kekuasaan di satu tangan. Dengan kata lain, mereka menolak dinasti. Kancil adalah tokoh utama kelompok ini.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun