Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Aneh"

20 Januari 2023   23:34 Diperbarui: 3 Februari 2023   22:27 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku baru pernah mendapati seorang mahasiswa yang seperti ini selama karirku sebagai dosen, sungguh buah pemikiran yang sangat jarang dimiliki oleh seorang wanita muda semester satu."

Teman-teman Grisela saling pandang siang itu sambil menampakkan bermacam-macam ekspresi. Grisela hanya berusaha mengungkapkan apa yang dia tahu. Namun tidak bagi teman-teman lainnya. Ia terlihat sok pintar.

***

"Seperti biasa. Kutu buku kita sudah hadir sejak tadi." Komentar Rebecca, salah satu anggota geng Wanormalis, ketika melihat Grisela sudah berada di perpustakaan sebelum kedatangan mereka.

"Jadi kita mampu merumuskan kenormalan itu jika kita berkaca  pada Grisela. Rumus yang paling mudah dari kenormalan adalah: menjadi kebalikan dari sebagian besar perilaku Grisela!" Barbara mengejek lagi, diikuti oleh tawa membahana dari kedua anggota geng-nya

Grisela tetap diam membatu. Ia seakan sudah terbiasa dengan semua itu dan tetap menyembunyikan ekspresi wajahnya di balik tumpukan buku yang menggunung di mejanya.

Grisela menatap tajam pada meja putih di hadapanya. Beberapa bulir gumpalan lelehan jernih pecah di atas serat-serat kertas di hadapannya. Garis-garis tinta yang telah dibentuknya bebarapa menit yang lalu  pupus dan berantakan.

Air mata itu setidaknya menyatakan bahwa ia memiliki rasa. Ia juga ingin menjadi bagian dari teman-temannya. Selama ini ia tertekan, tapi ia sungguh tak berdaya. Ia ingin menjadi normal. Ia telah berusaha sekuat mungkin, tetapi ia belum juga dikategorikan sebagai orang normal.

"Grisela!" Suara berat itu berasal dari samping kanan bangkunya. Ia ragu untuk menoleh.

"Grisela...," suara itu tetap memaksa unutk ditanggapi. Grisela menoleh ke samping kirinya dengan mata sembab memerah. Ternyata John telah berdiri di sampingnya.

"Pergi John. Biarkan aku sendirian."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun