Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Sang Pencuri Hujan"

19 Januari 2023   14:03 Diperbarui: 19 Januari 2023   14:09 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu dewa dalam mitologi Yunani (Sumber: pixabay)

Setelah membunuh sang raja di depan mata Aryabuana yang kecil yang menagis sejadi-jadinya, bocah itupun langsung ditahan dan diterbangkan ke khayangan.

***

"Katakanlah anak kecil, apakah kau yang mencuri mata air abadi?" Sang kaisar langit mulai mencecar si anak dengan wajah sungguh-sungguh.

"Ti...tidak, saya tidak tahu apa-apa tentang air abadi itu!" jawab Aryabuana gemetar.

"Bohong!!!" Emosi dan kemarahan sang mahapatih membuncah, "kaulah penyebab semua ini bocah gila! Kau berbuat itu ketika datang ke sini sebulan yang lalu bukan?"

Kaisar langit memberi isyarat agar mahapatih kembali tenang.

"Jika kau mengakui kesalahanmu, kau tak akan kuhukum. Kau justru akan kuberi banyak hadiah dan kedudukan di kalangan warga khayangan." Sang kaisar masih terus membujuk. Sementara sang mahapatih tampak tak sabar ingin terus menekan bocah itu.

"Yang mulia. Kalau bukan dia siapa lagi? Dia sengaja melakukan ini untuk melemahkan kita semua. Dia ingin agar seluruh manusia marah kepada dewa-dewi, tidak melakukan pujian dan persembahan agar kuasa kita melemah dan dia bisa bertindak sebagai penguasa baru!"

Kata-kata sang mahapatih terdengar sempurna sebagai alasan paling masuk akal bagi sang kaisar langit untuk menghukum Aryabuana, tetapi sang kaisar masih dihinggapi kebimbangan lain. Ia masih berusaha membujuk sang bocah.

"Nak, sejak dulu kami memperlakukanmu dengan baik. Kau satu-satunya makhluk buana yang dapat hidup di khayangan. Kau tahu, air mata abadi itu sangat penting bagi seluruh manusia. Tanpa itu, manusia bisa dilanda kekeringan bahkan kematian. Dan kami yang bergantung pada kuasa doa dan sesajian manusia akan semakin lemah dan tidak berdaya karena mereka akan mengutuki kami!"

"Sungguh junjunganku, aku tak melakukan hal sebodoh itu. Jangankan mengambilnya, mendekati para penjaga istana langit yang menjaga air mata abadi itu saja aku segan dan takut. Tidak mungkinlah aku melakukan hal bodoh itu. Percayalah padaku, ya junjunganku!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun