Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ikan Miskin di Kolam Ikan Romo Mangunwijaya

22 Agustus 2016   22:28 Diperbarui: 23 Agustus 2016   16:26 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - ikan hias. (Shutterstock)

Romo Mangun sang pemikir hebat adalah manusia biasa. Manusia yang bisa merasa sunyi. Ketika sunyi hadir melingkupi suasana, Romo Mangun kadangkala duduk di tepi kolam. Berbagi kesunyian dengan “ikan-ikan miskin” yang riang gembira berenang. Menyimak gerak-gerik ikan-ikan beraksi dan berinteraksi di dalam air bisa menghibur hati dan pikiran. Kecipak air suaranya menjadi musik alam yang meneduhkan nurani. Romo Mangun sangat mengerti tentang hal ini.

Rumah artistik karya Romo Mangun di Kuwera 14 Mrican Yogyakarta rumah yang nyeni, ada orang yang melintas di depannya menyebut sebagai “rumah artis”. Memasuki pekarangan “rumah artis” ini tamu disambut oleh kolam ikan dekat teras depan. Ada bunga teratai cantik di tengahnya. Jikalau malam sicantik ini tampak mekar membuat kolam lebih bersolek. Kolam ini berukuran paling besar. Sebagian ditutupi oleh lantai kayu yang di atasnya dulu dijejerkan kursi-kursi bambu dan meja. Masih ada empat lagi kolam ikan berada di dalam rumah.

Dahulu pada 5 kolam tersebut Romo Mangun memelihara berbagai jenis ikan. Romo Mangun menyebutnya sebagai ikan miskin. Karena ikan air tawar biasa yang bisa diketemukan di sawah atau di sungai. Bisa diminta kepada oranglain dengan cuma-cuma. Jika pun dibeli berharga sangat murah. Sejenis ikan lele, ikan gurami, dan ikan sepat. Bukan ikan “bergengsi” sejenis koi atau arwana.

Selain itu cara memeliharanya juga tidak ribet, tidak banyak “membuang uang”. Karena tidak perlu membeli pakan ikan. Ikan miskin setiap hari diberi remah-remah nasi. Ini selaras dengan prinsip Romo Mangun yang “sangat” menghargai barang bekas. Termasuk menghargai nasi bekas.

Hebatnya lagi, meski tidak mahal, ikan miskin justru tidak kalah bermanfaat dibanding “ikan kaya” sejenis koi atau arwana. Kemampuan menghibur ikan miskin lebih mumpuni, lebih atraktif, dan kualitasnya lebih tahan banting. Ikan miskin tidak manja. Tidak perlu pompa oksigen untuk memunculkan gelembung udara.

Y. B. Mangunwijaya sosok hebat menginspirasi yang perlu kita teladani.
Y. B. Mangunwijaya sosok hebat menginspirasi yang perlu kita teladani.
Romo Mangun sepertinya mau mengatakan, bahwa soal kemampuan ikan dalam menghibur adalah persepsi. Jika persepsi Anda kreatif bersahaja, tidak sok bergaya hidup, dan tidak mudah digoreng penggiringan opini, maka ikan jenis apa saja bisa menghibur hati nurani dan akal sehat Anda dengan optimal. Anda tetap bisa merebut rasa gembira ceria.

Nah, apakah di rumah Anda memelihara ikan miskin atau ikan kaya? Atau gabungan ikan miskin atau ikan kaya atau ikan super kaya? Sekali-sekali cobalah memelihara ikan miskin. Kita selayaknya meneladani Romo Mangun. Sosok hebat yang bersahaja dan selalu mengapresiasi alam dengan kreatif.

Salam hangat dari Kuwera 14, Senin malam 22 Agustus 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun