Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

BPJS Kesehatan: Biaya Persalinan Istri Anda Adalah Nol Rupiah

28 Agustus 2015   16:04 Diperbarui: 28 Agustus 2015   16:04 10513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JUMAT sore di pengujung Juni 2015, sejumlah suster di ruang IGD RSU UKI Jakarta menyambut kedatangan kami dengan senyum ramah. Hari itu adalah hari yang ditentukan dokter kandungan untuk sang istri agar menginap terlebih dahulu di RS, sebelum operasi Caesar dilakukan esok harinya. Sambutan yang cukup ramah menurut saya sebagai pengguna Kartu BPJS. Ya, Kartu BPJS, dua kata sederhana yang kerap menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Dua kata yang merujuk pada jaminan kesehatan yang dijamin pemerintah. BPJS Kesehatan lebih lengkapnya. Jujur saja, sejak BPJS Kesehatan diluncurkan awal 2014, saya merasa pesimistis terhadap pelayanan maupun kualitas pengobatan yang bakal diterima pasien penggunanya. Meski begitu, saya bersama istri dan satu anak tetap mendaftarkan diri sebagai salah satu pesertanya, dengan iur biaya per bulannya sebesar Rp 25.500 per orang.

Di ruang administrasi yang bersebelahan dengan IGD, saya lantas mendaftarkan istri sebagai pasien baru yang siap menjalani operasi Caesar untuk kelahiran anak kedua kami.

Sejenak, saya membaca tulisan cukup menarik yang ditempel di dinding ruangan. Tulisan itu berbunyi “Pasien BPJS yang Memenuhi Persyaratan Bebas Iur Biaya”.

Tulisan itu juga dilengkapi dengan nama dan nomor ponsel dokter RS serta petugas BPJS Kesehatan di wilayah Jakarta Timur. Dalam hati, saya merasa ada yang “janggal”. Masa sih sama sekali tidak dipungut biaya? Namun saya diam saja, enggan menanyakan ihwal “gratis” itu kepada sang petugas administrasi.

Tak perlu waktu lama, proses pendaftaran pasien selesai dengan lancar, masih dengan pelayanan yang prima. Hanya berselang 30 menit, istri sudah berada di Ruang Cempaka, sebuah ruangan Kelas III sesuai dengan kelas kepesertaan di BPJS Kesehatan. Padahal, saya sebelumnya menduga ruangan yang ditempati istri adalah yang seadanya.

Lagi-lagi, saya terperangah karena ruangannya cukup mewah. Dilengkapi fasilitas AC dan kebersihan ruangan sangat terjaga. Usai matahari Jumat terbenam, saya dan istri melewatkan malam itu dengan penuh kegembiraan.

Esoknya, Sabtu pagi, persiapan operasi Caesar pun dilakukan. Didahului sarapan pagi, dan selanjutnya diminta untuk berpuasa hingga tindakan bedah di Ruang Operasi. Tentu saja, saya kembali was-was dengan kualitas BPJS Kesehatan yang kami miliki. Apakah operasi Caesar yang notabene sangat dekat dengan maut itu akan berjalan sukses? Jangan-jangan, karena pasien BPJS Kesehatan, proses pembedahan akan dilakukan seadanya. Belum lagi kecurigaan obat bius yang digunakan sebelum operasi Caesar berkualitas rendah sehingga menimbulkan rasa sakit berlebihan terhadap pasien.

Ya, cerita-cerita seperti itu memang banyak beredar di tengah masyarakat. Bahwa pasien BPJS Kesehatan kerap diberikan pelayanan seadanya, termasuk obat-obatan yang murah-meriah.

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, operasi Caesar di Sabtu sore berjalan lancar, ditandai dengan kelahiran anak kedua kami, seorang putera yang gagah dan berbobot jumbo. Tiga dokter yang terlibat dalam operasi Caesar itu pun mengucapkan selamat atas kelahiran anak kami. Tiga jam berselang, istri dan putera kami dipindahkan ke ruangan semula. Ruangan perawatan yang dilayani para suster yang ramah dan berkarakter melayani. Di sini, di tengah campur-aduk kebahagiaan sore itu, saya pun mulai was-was dengan biaya perawatan. Kembali terngiang, apakah betul pelayanan sebaik ini akan benar-benar gratis? Lalu, kalau memang tidak gratis, berapa biaya yang harus saya bayarkan? Sebab, saya sebelumnya sudah berpengalaman saat kelahiran anak pertama kami, yang juga dilahirkan lewat operasi Caesar di sebuah RS di Jakarta Pusat.

Saat itu, 2012 silam, BPJS Kesehatan belum ada, sehingga seluruh biaya persalinan ditanggung sendiri oleh pasien. Kala itu, saya merogoh kocek mencapai Rp 18 juta. Sebuah tagihan yang memberatkan saat itu, meski tidak ada pilihan lain kecuali melunasinya. Hitung-hitungan berapa dana yang saya simpan dan berapa yang harus dibayarkan pun berkecamuk. Tentu saja, itu terjadi karena kondisi keuangan sedang guncang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun