Apa boleh buat, titah politisi senior Amien Rais sepertinya tak lagi ampuh sebagai pemantik gerakan massa. Mungkin eranya telah habis, walau label "bapak reformasi" masih melekat kepadanya.
Terbukti, rencana aksi "people power" yang pernah didengungkannya kini kurang greget, atau bahkan tidak lagi disambut semangat menggebu. Walau merasa Pemilu dicurangi, seruan turun ke jalan yang pernah dilontarkan Amien hingga kini seperti mati suri.
Barangkali karena kurang bergaung, Amien kemudian mencari cara agar seruannya mendapat respon. Tak tanggung, Amien lantas menyerang secara tidak langsung Ketua Umum Demokrat, SBY. Oleh Amien, saat ini ada pemimpin yang ragu dan bimbang sehingga cenderung bermain aman dengan tidak memihak salah satu capres.
Upaya mencari perhatian Amien memang cukup sukses. Politisi Demokrat Andi Arief terbukti berang, mengungkit rekam jejak Amien yang pernah berurusan dengan SBY. Namun lewat akun Twitternya, Andi meminta agar Amien tidak perlu menantang SBY, yang Presiden dua periode, dan jauh lebih lama mengenal Prabowo. "Sementara Amien Rais bisa apa?" Kira-kira begitu yang ingin disampaikan Andi Arief.
Arief memang bukan asal ngomong. Sebab SBY dan Prabowo sudah lama saling mengenal bahkan sejak masih berstatus sebagai taruna di Akabri. Perjalanan karir militer keduanya pun sama-sama bersinar, hingga SBY lebih dulu terjun ke politik dengan mendirikan Partai Demokrat, disusul Gerindra oleh Prabowo.
Kena skakmat begini, apakah Amien Rais akan menghentikan serangannya kepada SBY? Tampaknya begitu, kecuali ia ingin situasi internal di kubu Prabowo malah menjadi kurang kondusif. Bagaimanapun, SBY dan Demokrat masih menjadi bagian koalisi pendukung Prabowo-Sandi. Berbeda pendapat dengan SBY, itu sama saja memperkeruh suasana di internal Prabowo sendiri.
Harapan "people power" yang didambakan Amien kian tertutup mengingat TNI dan Polri dengan tegas menutup celah gerakan massa yang rawan menimbulkan keresahan di masyarakat. Mungkin, era kejayaan Amien Rais memang sudah habis.