Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bincang-bincang Ferdinand Hutahaean, Sang Penantang dari Tanah Batak

13 Desember 2018   09:27 Diperbarui: 13 Desember 2018   09:32 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sebelum menuliskan artikel ini, saya lebih dulu mengetes pasar di media sosial facebook. Caranya dengan mengunggah sebuah foto bersama dengan Ferdinand Hutahaean. Saya ingin menguji reaksi publik terutama masyarakat Batak, apakah pria satu ini masih mendapat tempat di hati mereka?

Hasilnya tak meleset, komentar yang muncul hampir seluruhnya bernada negatif. Rupanya, Ferdinand oleh mayoritas warga Batak sudah dianggap 'berdosa'. Dia berdosa karena tidak lagi mendukung Jokowi. Padahal pada Pemilu 2014 lalu, Ferdinand termasuk yang ikut 'berkeringat' mengantarkan Jokowi ke kursi kekuasaan tertinggi.

Nah, dalam sebuah acara di Jakarta, Rabu (12/12/2018), saya bertemu dan berbincang dengan Ferdinand. Selain berbincang soal isu energi terkini yang juga cukup dikuasai Ferdinand, saya juga bertanya hal lain yang cukup penting. Itu tadi, saya merasa Ferdinand perlu menjawab tudingan "berdosa" yang dialamatkan kepadanya.

Oh ya, terus terang saya salut dengan sikap konsisten Ferdinand. Terlepas dari pilihan politiknya saat ini, ia setidaknya memiliki keteguhan dan sikap tegas. Ini bukan soal benar dan salah, tetapi lebih kepada konsistensi. Ferdinand mempunyai warnanya sendiri. Sekali lagi, terlepas dari pilihan politiknya, Ferdinand memiliki warna sendiri, tak peduli walau melawan arus. Itulah mengapa saya menyematkan julukan "sang penantang" untuk Ferdinand.

Dalam kaitan keteguhan hati itulah, saya kemudian bertanya bagaimana tanggapan Ferdinand terhadap "penghakiman" mayoritas warga Batak kepadanya? Bila disimpulkan secara singkat, Ferdinand tidak peduli soal penghakiman itu. Namun yang dia percayai, Batak memiliki jiwa petarung dan pemberontak.

"Inilah yang menjadi masalah sekarang, ketika saya hadir berseberangan dengan mayoritas (Batak), saya dianggap berdosa. Padahal Jesus dulu begitu. Saya bukannya mau menyamakan diri dengan Jesus, tetapi saya hanya melihat situasinya. Bukankah Jesus dulu melawan arus terhadap Yahudi sehingga ia diburu dan disalibkan?" katanya.

Ferdinand lantas mengutip dua falsafah dalam budaya Batak. Pertama, lamot-lamot hata ni begu, risi-risi hata ni jolma (terjemahan bebasnya: hantu/iblis bicaranya lembut, tetapi manusia bicaranya keras). Dari dua pilihan itu, mana yang akan Anda pilih? Hantu atau manusia? "Ini maknanya sangat dalam, jangan langsung membenci ketika Anda dikritik manusia".

Ferdinand mengatakan, kritikan kerasnya kepada pemerintahan Jokowi saat ini justru seharusnya dihargai. Sebab kritikan itu bukan tanpa dasar tetapi memiliki data dan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan.

Falsafah kedua, mata guru roha sisean (terjemahan bebasnya: mata adalah guru, hati tempat bertanya). "Jangan kau langsung percaya (keberhasilan Jokowi) sebelum kau telisik lebih dalam kebenarannya". Ferdinand bercerita, ia beberapa kali menantang pemerintah termasuk Luhut Panjaitan untuk menunjukkan mana proyek yang direncanakan dan sudah selesai di era Jokowi.

Menurut Ferdinand, prestasi Jokowi selama menjabat belum bisa dibanggakan. Indikatornya antara lain, utang luar negeri membengkak, investasi asing dipermudah, dan pertumbuhan ekonomi yang merangkak. Lalu, apa yang harus dibanggakan?

Apakah Ferdinand mengkritik keras Jokowi hanya karena tidak diberikan jatah jabatan usai ikut mengantarkan Jokowi ke singgasana kepresidenan pada 2014 lalu? Pertanyaan ini juga dijawab Ferdinand dengan lugas. "Coba kau tanya apa yang ditawarkan Luhut dan Rini kepada saya, saya tidak mau. Bukan itu yang saya cari. Sehingga anggapan pindah ke Prabowo karena sakit hati, itu salah. Saya tidak pernah mencari itu."

Begitulah sedikit bincang-bincang bersama Ferdinand Hutahaean, seorang pria Batak yang belakangan kerap menghiasi jagad politik nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun