Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jelajah Papua Barat, Pak Jokowi Datanglah ke Teluk Bintuni

19 November 2018   11:25 Diperbarui: 19 November 2018   11:31 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Teluk Bintuni (Pribadi)

Listrik mendadak mati menjelang pukul 03.00 WIT di Hotel Steen Kool, Selasa (13/11/2018). Pengelola dengan gesit menghidupkan genset agar tamu hotel tetap merasa nyaman. Listrik kembali menyala, setidaknya hingga pagi menjelang. Oh ya, Steen Kool adalah hotel paling 'elit' di Teluk Bintuni, Papua Barat. Disebut elit karena memang satu-satunya yang berstatus hotel. Lainnya masih berstatus tempat penginapan, yang banyak dijumpai di sepanjang jalan raya Bintuni.

Saya luput memperhatikan kira-kira Steen Kool menyandang hotel bintang berapa, tetapi yang pasti pejabat pemerintahan dan pejabat perusahaan migas selalu mampir di hotel ini. Tarif hotel ini dimulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per malam. Sekadar saran, jika menginap di hotel ini ada baiknya mengisi perut dengan penuh menjelang malam. Itu karena restoran di hotel ini sudah tidak lagi melayani tamu sejak pukul 21.30 waktu setempat.

Hotel Steen Kool (Pribadi)
Hotel Steen Kool (Pribadi)
Kejadian mati listrik di Teluk Bintuni, Papua Barat rupanya sudah bukan hal asing lagi. Sudah sering terjadi mengingat pasokan listrik yang masih terbatas. Tidak peduli pada beban puncak atau tidak. Dalam perbincangan santai bersama Kepala Bapeda Bintuni, Alimudin, SH di Steen Kool, beban puncak di Bintuni mencapai 3,6 MW. Adapun pasokan listrik dari PLN sebetulnya mencapai 4 MW, namun hanya bisa utuh mengalir sebesar 2,9 MW. Hilangnya pasokan listrik sebesar 1,1 MW itu terjadi karena faktor panjangnya jaringan listrik ke Bintuni.

Nah,untuk mengatasi defisit listrik tersebut, Pemkab Bintuni memiliki PLTD milik sendiri yang dikelola Perusahaan BUMD Bintuni Maju Mandiri. Namun, PLTD masih memiliki keterbatasan sehingga sulit memenuhi kekurangan pasokan listrik sebesar 1,7 MW pada saat beban puncak.

Padahal, pasokan listrik di sekitar wilayah Bintuni bisa dikatakan sebenarnya cukup berlimpah. Lihat saja, ladang migas milik BP Indonesia maupun Genting Oil berada di wilayah Bintuni. Sayangnya, jaraknya cukup jauh yakni sekitar 200 kilometer dengan menggunakan jaringan kabel laut. Dengan kata lain, pembangunan infrastruktur jaringan tersebut membutuhkan biaya yang besar pula.

Sebuah mal di Bintuni sudah tidak beroperasi lagi (Pribadi)
Sebuah mal di Bintuni sudah tidak beroperasi lagi (Pribadi)
Dalam waktu dekat, Pemkab Bintuni pun berencana menambah PLTD baru berkapasitas 2 MW. Termasuk PLN yang juga sudah bersiap membangun PLTD berkapasitas 4 MW. Bahkan, dalam proyek strategis 35 ribu MW yang dicanangkan Jokowi, pembangunan PLTMG dengan kapasitas 10 MW juga berada di wilayah Bintuni.

Lantas, apa pentingnya Presiden Jokowi datang ke Teluk Bintuni? Menurut saya sangat penting guna memastikan berjalannya proses pembangunan yang saat ini sudah memasuki tahap awal di sana. Misalnya, pembangunan pabrik metanol di kawasan industri yang terletak di Kampung Onar, Distrik Sumuri. Pabrik yang membutuhkan lahan seluas 200 hektar itu direncanakan akan memulai tahap konstruksi pada 2019 nanti.

Sebuah Pasar di Bintuni (Pribadi)
Sebuah Pasar di Bintuni (Pribadi)
Dalam kaitan besarnya potensi pabrik kimia dan migas itulah, Pusat Pelatihan Teknik Industri dan Migas (P2TIM) di Teluk Bentuni didirikan. P2TIM merupakan lembaga yang dibentuk Pemkab Bintuni bekerjasama dengan Petro Tekno pada awal 2017 lalu. Pembentukan P2TIM merupakan strategi Pemkab Bintuni guna mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan untuk bekerja di sektor industri kimia maupun migas.

Tentu saja konstruksi pabrik tersebut membutuhkan pasokan listrik yang tidak sedikit. Belum lagi jika nanti pabrik tersebut sudah mulai beroperasi. Kemudian, dengan ketersediaan listrik yang cukup, pembangunan di Teluk Bintuni yang telah masuk sebagai kawasan industri akan terpacu lebih cepat lagi.

Lagipula, Presiden Jokowi yang cukup rajin berkunjung ke berbagai wilayah di Papua, belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Teluk Bintuni. Barangkali, Pak Presiden juga berkenaan berkunjung ke sana guna memastikan seluruh proses pembangunan berjalan dengan lancar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun