Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jelang Reuni 212, Siapa Fitnah Habib Rizieq?

7 November 2018   23:32 Diperbarui: 7 November 2018   23:48 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendiri FPI Habib Rizieq Shihab (HRS) sempat ditahan pihak keamanan Arab Saudi menyusul pemasangan bendera ISIS pada dinding bagian depan kediamannya di Mekkah. Namun HRS kembali dibebaskan setelah mendapat jaminan dari seorang warga Saudi. HRS diduga kuat telah difitnah oleh pihak tertentu.

Dugaan ada pihak tertentu yang sengaja memfitnah HRS disampaikan Sekretaris Umum FPI Munarman. Dilansir CNN Indonesia, Rabu (7/11/2018), Munarman memperoleh informasi bahwa aksi tersebut merupakan sebuah operasi intelijen yang dilakukan negara asing di wilayah Saudi.

Bahkan Munarman tak segan-segan menuding agen intelijen yang bermain di sana adalah berasal dari Indonesia. Namun hal itu belum bisa dibuktikan meski aparat Saudi berjanji akan menyelidiki siapa pihak yang terlibat di balik aksi terlarang itu.

Tudingan fitnah kepada HRS memang sangat masuk akal, mengingat Saudi sangat tidak mentolerir pergerakan ISIS di negaranya. Kebijakan itu pun sudah pasti diketahui HRS sendiri sehingga tidak mungkin juga ia mencari 'gara-gara' di negeri orang. Dengan kata lain, mustahil HRS memasang bendera ISIS yang secara tegas dilarang di Saudi.

Lalu siapa yang sengaja menempelkan bendera itu di tembok depan rumah HRS? Hal inilah yang sulit ditelusuri. Jika pelakunya adalah agen intelijen Indonesia, kira-kira apa tujuannya? Apakah hanya sebatas mengungkit masa tinggal HRS yang sudah kadaluarsa di Saudi kepada pemerintah setempat? Dengan harapan, kasus itu menjadi pemicu bagi pemerintah Saudi untuk mendeportasi HRS ke Indonesia.

Skenario pemulangan HRS dengan memanfaatkan otoritas Saudi itu memang cukup menguntungkan bagi pemerintahan Jokowi di tengah panasnya suhu politik Pilpres 2019. Setidaknya Jokowi akan terbebas dari cap pemimpin otoriter karena tidak pernah melakukan penjemputan paksa HRS dari Saudi. Sementara pemerintah Saudi juga tidak bisa diprotes karena mereka hanya menjalankan aturan yang ada di negaranya.

Namun di sisi lain, skenario memulangkan HRS menjelang reuni Aksi 212 pada 2 Desember 2018 juga sangat merugikan bagi Jokowi. Dengan kehadiran HRS di Tanah Air saat mendekati reuni akbar 212, sudah pasti akan menjadi magnet luar biasa bagi para pengikutnya untuk serentak turun ke jalan.

Dua skenario ini sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat. Namun bila dikaitkan dengan tudingan Munarman bahwa intelijen Indonesia diduga kuat berada di balik aksi penempelan bendera itu, skenario memulangkan HRS menjelang reuni 212 tidak akan disukai pemerintahan Jokowi.

Sehingga sangat tipis kemungkinan agen intelijen Indonesia berada di balik aksi tersebut. Bila mau, Jokowi bisa saja memerintahkan operasi intelijen semacam itu setelah Pilpres 2019 usai digelar. Sebagai Presiden, memerintahkan agen intelijen untuk menjemput HRS dari Saudi pada prinsipnya sangat mudah bagi Jokowi.

Lalu, siapa sebenarnya yang memfitnah HRS?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun