Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biografi Madden Siagian, Dunia Baru di Bumi Parahyangan (2)

29 Juni 2018   23:02 Diperbarui: 29 Juni 2018   23:02 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Makan di Bandung (Ilustrasi/Tribunnews)

Siasat Kenyang di Warung Akang

Kang Asep wara-wiri sibuk menyapa tetamu dari kalangan mahasiswa. Warung makan khas Sunda itu memang spesialis mahasiswa, dengan harga apa adanya. Disesuaikan dengan kantong mereka yang masih menyandang status rakyat jelata. Tetapi, yang namanya mahasiswa, serba kekurangan itu sudah menjadi hal biasa. Madden salah satu dari kelompok itu.

Agar perut tetap terjaga, Madden Cs wajib bermanuver di warung milik Kang Asep. Kebetulan, warung si akang, begitu Kang Asep disapa, menjajakan menu makanannya dengan model prasmanan alias melayani diri sendiri. Tamu yang hendak bersantap tinggal memilih menu sesuai selera. Tentu, sajian daging ayam dan daging sapi lebih diincar ketimbang telur dadar ataupun telur bulat. Itu sudah pasti.

Begitulah, Madden Cs sepakat menjalankan aksinya. Menyantap daging ayam tetapi membayar seharga telur dadar. Untungnya, 'perbuatan melawan hukum' itu dilakukan sesekali saja, ketika pertahanan keuangan sudah dalam posisi rawan akibat dibombardir serangan balik akhir bulan. Bukan tiap hari. Bisa bangkrut nanti Kang Asep.

Kabar baiknya lagi, Kang Asep sepertinya tahu betul aksi "diving" anak-anak mahasiswa itu. Tetapi ia memilih diam saja, mengiyakan saja meski bayaran makan yang diterima adalah seharga telur dadar. "Dia pasti tahu karena dia mondar-mandir juga pas kita lagi makan. Cuma mungkin dia paham kondisi kita saat itu," Madden tertawa.

Ada Teman Ada Komputer

Hawa dingin di sekitar kampus Pati Ukur, tak menyurutkan semangat Madden walau malam sudah merambat subuh. Berusaha menyelesaikan tugas-tugas kuliah meski jadwal dosen mengajar masih tiga hari lagi. Dia bukannya sok rajin tetapi keadaan yang memaksanya begitu.

Sebab, mengerjakan tugas-tugas kuliah, niat saja ternyata belum cukup. Dibutuhkan peralatan pendukung yang seringkali berubah petaka bagi mahasiswa perantauan. Apa lagi kalau bukan komputer. Persoalannya, jangankan membeli laptop yang baru tenar saat itu, membeli komputer bekas saja sulit. Sehingga, jurus andalan pun terpaksa ditempuh. Menumpang di komputer teman yang kebetulan berlatar belakang ekonomi lumayan.

Namun sebelum menumpang di komputer teman, yang tentu didahului lobi-lobi ala mahasiswa, tugas-tugas kuliah itu mau tidak mau dikerjakan dengan lebih dulu ditulis tangan. Strategi ini akan menghemat waktu karena tinggal menuliskan ulang dari kertas ke layar komputer. Madden tetap menjaga kemungkinan peluit panjang dari sang pemilik bila terlalu lama berkutat di depan komputer kawan.

Bersambung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun