Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Moeldoko dan Jalan Sunyi Teten Masduki

26 Mei 2018   01:39 Diperbarui: 26 Mei 2018   09:45 3213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa tak kenal dengan Teten Masduki. Seorang aktivis anti korupsi yang mulai mencuat setelah tumbangnya Orde Baru. Bersama-sama kawan seperjuangannya, Teten mendirikan Indonesia Corruption Watch (ICW) yang hingga kini tetap eksis sebagai LSM yang vokal terhadap isu korupsi.

Teten makin dikenal ketika PDIP memasangkannya dengan Rieke Diah Pitaloka sebagai cawagub Jabar pada Pilgub 2013 lalu. Sayang, Rieke-Teten kala itu takluk di tangan Aher-Demiz.

Kekalahan di Pilgub itu bukanlah akhir tetapi justru menjadi pintu pembuka bagi Teten memasuki dunia politik, meninggalkan dunia hukum dengan segala isu korupsinya semasa di ICW. Setahun usai kalah di Jabar, Teten bergabung sebagai tim sukses Jokowi pada Pilpres 2014. Kali ini, Teten bernasib baik yang ditandai dengan kemenangan Jokowi sebagai Presiden ketujuh Republik Indonesia.

Usai pesta kemenangan Jokowi, Teten langsung masuk ke dalam lingkaran Istana. Dia didapuk sebagai staf di Sekretariat Negara di bawah komando Mensesneg Pratikno. Lebih dari setahun Teten di sana, sebagai staf yang membantu tugas-tugas Pratikno.

Pada September 2015, tibalah waktunya bagi Teten untuk meloncat ke jabatan yang lebih bergengsi seiring naiknya Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Luhut Panjaitan menjadi Menkopolhukam. Teten menggantikan posisi Luhut sebagai Kepala KSP, sebuah lembaga bentukan Jokowi yang bertugas mengkomunikasikan kebijakan maupun keberhasilan program pemerintah kepada masyarakat.

Di KSP, nama Teten langsung bersinar. Dibantu 5 deputi, Teten pun kian sering tampil di hadapan publik guna menyampaikan apa saja kebijakan yang telah dilakukan pemerintahan Jokowi. Kendati tak lagi di bawah kendali Luhut, KSP di tangan Teten terbukti masih mampu melakukan tugas dan fungsinya secara optimal.

Menjabat dua tahun lebih, Teten harus merelakan jabatan Kepala KSP itu ke tangan Jenderal (Purn) Moeldoko sejak Januari 2018. Di sinilah awal meredupnya bintang Teten. Oleh Jokowi, Teten ditarik sebagai Koordinator Staf Khusus. Di lain pihak, Moeldoko langsung melejit berbarengan dengan isu-isu nasional yang belakangan marak menuai polemik, seperti isu masuknya buruh asing.

Moeldoko langsung terlihat padu dengan tugas barunya sebagai Kepala KSP. Moeldoko dengan cekatan melakukan berbagai terobosan hingga menimbulkan kegelisahan di kalangan politisi Senayan. KSP dicurigai malah berubah sebagai markas tim sukses Jokowi sebagai capres 2019 dan bukan sebagai Presiden. Sementara Teten yang didapuk sebagai Koordinator Staf Khusus, kembali harus "bersaing" dengan masuknya empat orang Staf Khusus Jokowi.

Nama Teten kian terasa tenggelam oleh kehadiran Ali Mochtar Ngabalin ke dalam lingkaran KSP. Oleh Moeldoko, Ngabalin diminta bergabung sebagai komunikator politik Jokowi khususnya untuk kalangan massa Islam. Ngabalin yang sebelumnya sudah cukup dikenal publik oleh pernyataannya yang cukup pedas, kini diberikan panggung oleh Jokowi untuk menunjukkan "taringnya" di tengah kerasnya persaingan politik menjelang Pilpres 2019.

Hari-hari belakangan, sepertinya Teten akan berada di jalan sunyi, menyusuri lorong Istana yang jauh dari hiruk-pikuk sorot kamera. Bintang Teten pun kian meredup. Digantikan bintang Moeldoko yang kian benderang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun