Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yerusalem dalam Genggaman Presiden Trump

14 Mei 2018   23:58 Diperbarui: 15 Mei 2018   00:08 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump (Kompas/AFP)

Hari Senin (14/5/2018) adalah hari bersejarah bagi Israel dan Amerika Serikat, dua sekutu yang sangat akrab sejak dulu. Israel memperingati 70 tahun negaranya meski dengan cara merebut wilayah Palestina. Sementara bagi AS, secara resmi memindahkan Kedubes-nya dari Tel Aviv ke Yerusalem, ibukota yang disebut Israel sebagai ibukota abadi dan tak tergantikan.

Hari bersejarah itu dimulai saat AS mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel pada Desember 2017. Pengakuan itu bahkan sudah disampaikan Trump kepada komunitas Yahudi di AS saat berkampanye pada Pilpres. Janji kampanye itulah yang ingin direalisasikan oleh Trump. Meski begitu, restu pemindahan Kedubes itu sebelumnya sudah diberikan Kongres AS sejak 1995 lalu. Namun tak satupun Presiden AS yang mau mewujudkan itu, kecuali di saat Trump berkuasa.

Meski ditentang banyak negara termasuk Indonesia, Presiden AS Donald Trump nyatanya tidak peduli. Ia bahkan berani mengancam negara yang menolak pengakuannya itu. Khusus Indonesia, ancaman yang dilontarkan Trump adalah menghentikan bantuan keuangan yang selama ini selalu dihibahkan pemerintah AS.

Anehnya, Trump justru tidak hadir pada saat pembukaan Kedubes AS di Yerusalem. Ia malah mengutus puterinya, Ivanka Trump bersama suaminya John Kushner. Seperti diwartakan berbagai media massa, Ivanka dan Kushner tiba di Yerusalem pada Minggu (13/5/2018) sore. Tidak diketahui alasan kenapa Trump malah tidak menghadiri momen yang cukup penting itu. Apakah karena faktor keamanan atau agenda kerja kenegaraan.

Kendati tak hadir, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tetap memuji Trump, yang disebutnya sebagai pemimpin pemberani. Netanyahu bersikeras, pemindahan ibukota Israel ke Yerusalem sudah sangat tepat. Menurut Netanyahu seperti dikutip voaindonesia.com, Senin (14/5/2018), Yerusalem telah menjadi ibukota Yahudi selama ribuan tahun. Sehingga perjanjian perdamaian apapun harus mencakup Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Di Tanah Air, kabar perpindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem mendapat penolakan luar biasa. Selain mengecam, Presiden Jokowi berharap Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB untuk mengambil langkah selanjutnya. Jokowi saat membuka konferensi ulama trilateral Afganistan-Indonesia-Pakistan di Istana Kepresidenan Bogor pada Jumat, 11 Mei 2018, juga meminta agar negara lain tidak mengikuti jejak AS memindahkan Kedubes ke Yerusalem.

Desakan hingga kecaman yang datang dari banyak negara ternyata tak membuat AS dan Israel menyurutkan langkahnya. Rusia, salah satunya negara yang menentang pemindahan itu. Begitu juga dengan Uni Eropa, serta sejumlah negara lain di kawasan Timur Tengah. Faktanya, tidak ada yang berubah dengan kesepakatan AS-Israel. Bahkan, dua negara lain yakni Guatemala dan Paraguay akan segera mengikuti AS dengan memindahkan Kedubes ke Yerusalem.

Dengan pemindahan ini, rangkaian perdamaian Israel-Palestina yang telah dijajaki sejak lama dipastikan akan semakin runyam. Tetapi ironisnya, dunia tidak bisa berbuat banyak atas aksi sepihak AS tersebut. Yerusalem kini dalam genggaman Presiden Trump.

Sebagian isi artikel sudah ditayangkan di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun