Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gereja, HKBP, dan Pilgub Sumut

9 Februari 2018   05:42 Diperbarui: 9 Februari 2018   05:47 1426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor Pusat HKBP (Foto: Dinas Pariwisata Taput)

Tiga gereja dengan basis jemaat di Sumut telah menyatakan dukungan kepada salah satu pasangan Cagub Sumut. GKPS, GKPI, dan HKI, tiga organisasi gereja yang dengan terbuka mendukung JR Saragih, Bupati Simalungun yang ingin naik kelas menjadi orang nomor satu di Sumut.

Selain tiga gereja tersebut, media massa juga banyak memberitakan tentang dukungan gereja lain kepada JR, umumnya dari gereja dengan jemaat yang lebih sedikit. Gereja seolah berlomba menyatakan dukungannya.

Masuknya gereja ke ranah politik itu pun menimbulkan pro kontra. Bolehkah gereja berpolitik? Bukankah gereja hanya bertugas mengurusi sorgawi saja? Ada yang setuju gereja tak masalah masuk politik, apalagi JR adalah seorang jemaat GKPS, sehingga wajar saja kalau gereja mendukungnya. Tetapi banyak pula yang berkehendak agar gereja seyogianya netral, dan fokus dalam tugasnya sebagai pengayom seluruh jemaat.

Demikianlah perdebatan yang selalu hadir di dalam gereja manakala pemilu sudah tiba. Persoalan ini pun akhirnya tidak pernah tuntas, yakni apakah gereja boleh berpolitik atau tidak.

Dalam kaitan ketidaktuntasan itulah HKBP sebagai gereja dengan jemaat terbanyak di Sumut akhirnya lebih hati-hati bersikap. Berbeda dengan GKPS, GKPI, dan HKI, tiga gereja yang dalam sejarahnya merupakan anak dari HKBP, khususnya GKPS yang secara resmi direstui HKBP. Sementara GKPI dan HKI didirikan oleh hadirnya perbedaan pandangan di kalangan elit HKBP di masa lalu.

Tantangan yang bakal dihadapi pejabat HKBP seandainya mendukung salah satu calon dipastikan akan jauh lebih kompleks. Misalnya saja, mendukung Sihar Sitorus sebagai penghormatan atas jasa DL Sitorus, ayahanda Sihar, kepada HKBP. Jika itu terjadi, protes keras akan dengan cepat mengemuka. Sebab, di kubu lain termasuk pasangan Edy-Ijeck sekalipun, bisa dipastikan adanya jemaat HKBP yang berada di lingkar utama alias Ring 1.

Sehingga, Pilgub Sumut kali ini pun sepertinya akan kembali "memaksa" HKBP untuk tetap netral, seperti pada dua kali Pilgub yang lalu. Memihak salah satu calon sangat rentan memicu perselisihan. Maka akan jauh lebih baik apabila HKBP meneguhkan sikap netral.

Horas.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun