Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

5 Kreasi Unik Keluarga Kecil Kami

21 Agustus 2017   15:52 Diperbarui: 22 Agustus 2017   03:17 1432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SAYA sangat setuju dengan pemaparan Faber-Castell yang menyebutkan bahwa kesuksesan seseorang di era digital saat ini, tidak lagi didominasi kecerdasan akademik belaka. Malah, bila boleh sedikit berargumen, porsi kesuksesan berdasarkan kecerdasan akademik kini makin menyusut. Alasannya sederhana, kecanggihan teknologi informasi sudah mampu menggantikan sebagian besar peran manusia. Mari ambil contoh sederhana. Untuk menghitung sudah ada kalkulator, mengukur jarak antarkota sudah ada Google Map, dan sejumlah kemudahan lainnya yang kini tersaji di ujung jari-jemari kita.

Namun, salah satu hal yang agaknya sulit ditembus meski dengan secanggih apapun teknologi informasi, adalah kreativitas. Saya mempunyai bukti yang sangat konkrit untuk hal ini. Yakni, ketika kita menggunakan Google Translate, semisal menerjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, ataupun sebaliknya. Untuk kalimat sederhana, perangkat terjemahan ini memang sudah bisa dinyatakan nyaris sempurna. Tetapi jangan coba-coba menerjemahkan kalimat yang mengandung makna yang tersirat, maka hasilnya akan berbeda jauh.

Mudahnya, cobalah terjemahkan peribahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, dipastikan terjemahan yang muncul akan membuat kita malah tersenyum kecut. Di sinilah poinnya, bahwa bahasa mustahil bisa diterjemahkan dengan sempurna. Sebab, penerjemahan pada dasarnya tidak bisa terlepas dari unsur-unsur budaya yang melekat dalam suatu bahasa.

Art4All, begitulah pesan yang ingin disampaikan Faber-Castell melalui sejumlah kegiatan yang diharapkan mampu memicu kreativitas masyarakat Indonesia khususnya generasi muda. Sebagaimana diungkapkan seniman Pablo Picasso, bahwa setiap anak adalah seorang seniman, masalahnya bagaimana tetap menjadi seniman begitu kita dewasa.

Terkait hal ini, keluarga kecil kami sudah mencoba untuk menerapkan betapa pentingnya sebuah kreativitas. Berawal dari tontonan di media sosial Youtube maupun Facebook, saya dan istri pun akhirnya menawarkan sejumlah hasil kreasi kepada dua anak balita kami. Apa saja? Berikut daftarnya:

1. Bunga Unik Modal Kertas Krep

(Pribadi)
(Pribadi)
Bahan-bahannya sangat mudah, yakni kertas krep aneka warna, lidi, serta lem kertas. Membuat bunga unik seperti ini memang terlihat mudah, tetapi bila tidak hati-hati, hasilnya mungkin saja tidak maksimal. Setelah selesai, bunga hasil olahan ini bisa ditaruh di atas meja ataupun lemari.

2. Tempat Mainan dari Karton Bekas

(Pribadi)
(Pribadi)
Meletakkan mainan anak-anak dalam sebuah karton bekas sepertinya kurang enak dipandang mata. Agar lebih menarik, karton bekas tersebut sebaiknya diberikan sentuhan kreasi walau hanya sisi luarnya saja. Misalnya, dengan melapisi bagian luar karton dengan kertas kado bekas. Agar lebih rapi, masing-masing karton tersebut dilabeli nama, semisal nama pemilik ataupun jenis mainan yang ada di dalam karton tersebut.

3. Kreasi Lampu Tidur dari Sedotan

(Pribadi)
(Pribadi)
Kamar tidur juga membutuhkan sentuhan kreativitas. Bermodalkan sedotan berwarna-warni dan lem secukupnya, kami merangkainya berbentuk mirip piramida. Setelah selesai, bola lampu ditempatkan tepat di tengah piramida tersebut. Alhasil, penerangan yang timbul akan berubah seperti warna-warni pelangi di malam hari.

4. Hiasan Dinding Modal Sedotan

(Pribadi)
(Pribadi)
Dinding di rumah boleh saja ditempeli hiasan yang dibeli dari toko. Namun, kami juga berusaha mempercantik dinding rumah dengan kreasi seadanya. Yakni, dengan merangkai sejumlah sedotan berbentuk persegi lengkap dengan rumbai-rumbai untuk memberikan kesan tambahan. Bahannya tetap sama, yakni sedotan aneka warna dan lem secukupnya.

5. Sandal Unik

(Pribadi)
(Pribadi)
Bermodalkan potongan pakaian bekas dan karton, kami akhirnya sukses memproduksi sandal sederhana yang setidaknya nyaman digunakan saat berada di dalam rumah. Cara membuatnya cukup mudah yakni dengan membentuk karton dan potongan kain bekas seukuran telapak kaki. Selanjutnya, kedua potongan tersebut disatukan dengan menggunakan lem secukupnya.

Demikianlah 5 kreasi unik yang telah kami ciptakan untuk dinikmati sendiri. Ke depan, kami masih akan mencoba untuk menciptakan aneka kreasi lainnya yang mudah-mudahan juga bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Sebagaimana dirilis Faber-Castell, menjadi kreatif tidak hanya berhubungan dengan salah satu unsur seni, dan umur. Akan tetapi, jiwa kreatif dapat tumbuh di semua individu, tanpa melihat batasan. 

Ayo, mari bersama mendorong generasi kreatif di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun