Mohon tunggu...
Pardosa Godang
Pardosa Godang Mohon Tunggu... Dosen - Pelayan, pengajar dan pembelajar

Haus belajar, harus terus sampai aus ...

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Mengejutkan! Penasehat Kapolri Terlibat Pembunuhan Brigadir J, Apa Iya dan Kenapa?

9 Agustus 2022   00:01 Diperbarui: 9 Agustus 2022   00:04 2959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/166604/apa-peran-ferdy-sambo-dalam-kematian-brigadir-yosua

Ketika masih kuliah di tahun-tahun pertama beberapa dekade lalu, salah satu di antara sedikit media yang aku jadikan favorit adalah TEMPO. Saat itu hanya dalam format majalah cetak yang terbit tiap Selasa, belum ada Koran Tempo apalagi Tempo Magazine.

Bagiku, ada suatu kebanggaan membaca majalah tersebut. Selain kesempatan langka karena 'nggak banyak orang yang bisa memiliki akses, mayoritas kawan-kawanku di kota terpencil tersebut menganggap TEMPO adalah "bacaan berat". Harganya juga relatif mahal, apabila dibandingkan banyak koran yang paling banyak beredar ketika itu. 

Berbagai macam cara aku lakukan untuk bisa beroleh majalah tersebut. Menghemat segala keperluan untuk bisa disisihkan untuk membeli edisi mingguan -- faktanya, tidak setiap minggu bisa aku beli karena keterbatasan kemampuan uang --  paling sering aku beli berdasar topik berita yang jadi Laporan Utama.

Motonya yang "jujur, jelas, jernih, dan jenaka pun bisa" memang sangat pas. Ditambah plesetan "Tulisannya Enak, Membacanya Pakai Otak" a la Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode dimaksud sebagai kepanjangannya membuatnya jadi makin klop.

Seringkali berita yang disampaikannya mendahului beberapa langkah dibanding media lainnya. Tak heran karena para jurnalis mereka yang sangat kampiun dalam menembus sumber berita. Tak heran pula kalau banyak artikel mereka yang dikutip oleh media massa lainnya.

Demikian juga dengan terbitan 06 Agustus 2022, edisi terbaru Majalah TEMPO yang menyatakan bahwa Irjen Ferdy Sambo membuat skenario pembunuhan Brigadir J dengan dibantu oleh Fahmi Alamsyah (FA) yang adalah penasehat Kapolri. Skenario yang penuh kejanggalan yang kemudian terbukti penuh kebohongan.

Mengagetkan! Benar-benar sangat memprihatinkan! Ironis sekali!

Masih menurut TEMPO, FA adalah orang pertama yang dikabari FS sekaligus dimintai nasehat sehubungan dengan peristiwa kematian ajudan di rumah dinas FS yang sudah dicopot dari jabatannya selaku Kadiv Propam dan ditahan di Tahanan Khusus Mako Brimob untuk pemeriksaan lebih lanjut.
.
FA adalah penasehat ahli Kapolri bidang komunikasi. Tak heran jika di awal pemberitaan tewasnya Brigadir J yang dikatakan akibat baku tembak sesama ajudan tersebut, FA membantah upaya block out pemberitaan peristiwa tersebut.

Baca juga: Skenario Gagal

Ternyata, oh ternyata ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun