Mohon tunggu...
aprila paratih
aprila paratih Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Duri yang Tumbuh di Dalam Daging

21 Maret 2017   09:27 Diperbarui: 21 Maret 2017   09:32 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kadang ia duduk di pekarangan belakang rumahnya, tidak tahu mengapa ia sering duduk di sana. Hal tersebut sering dia lakukuan setelah tiga bulan terakhir ini. Padahal tempat itu bukanlah tempat yang bagus, bahkan tidak ada pemandangan yang menarik di sana. Terakhir kali kulihat dia pernah membawa sebuah piala. Ternyata piala itu hasil dari kemenangannya mengikuti sebuah lomba dibidang sastra. Ia sudah lama nenyukai puisi, sejak duduk di bangku SMP bakat tersebut mulai terlihat. Pak Edi guru Bahasa Indonesia di sekolahnya memilihnya unuk mengikuti lomba. Semangat Sherya sangat besar untuk mengikuti lomba tersebut. Hingga dia berhasil menjadi pemenang. Hal itu kulihat ketika itu aku berpapasan dengan dia di sebuah jalan. Dia sedang berjalan menuju rumahnya. Wajahnya merona penuh dengan kemenangan.

Pagi ini dia berangkat ke sekolah dengan ayahnya menggunakan sepeda motor. Tidak ada satu pun titik senyuman kulihat dari raut wajahnya. Ia turun dari motor, dan langsung berjalan menuju kelas. Tanpa berpamitan dengan ayah.

....

Di tengah perjalanan ia tertatih – tatih kepanasan terkena terik matahari. Hari itu ayah tidak menjemputnya pulang sekolah.

Terdengar suara seseorang yang sedang menggeladah isi lemarinya. Sebenarnya ia tidak curiga, namun setelah ia melihat uang itu berada di tangan ayahnya, sontak Sherya terkejut. Ia berusaha keras, mengumpulkan semua tenaganya untuk merebut uangnya dari ayah. Ia  berlari hingga ke halaman belakang rumahnya.

 “ Yah jangan itu uang Sherya! Sherya sudah lama berlatih hingga Sherya !.....” belum selesai berbicara.

  “Kamu tidak tahu apa - apa sudah! Ayah perlu uang itu!” bentak ayah.

 Perkataan ayah tersebut sangat membuat hati Sherya perih. Ia melawan tidak ingin uang itu diambil oleh ayah. Karena ia khawatir kalau uang itu akan dibawa pergi oleh ayah.

 “Ayah tidak ! Ayaaaah! “ tiba - tiba terdengar serine ambulance yang mengerikan di sekitar rumah mereka.

….

Aku heran hobi yang sangat ia geluti itu sudah menghilang dari dirinya. Dulu tidak ada satu siswa pun yang tidak mengenal puisi - puisinya. Karena dengan rutin Sherya selalu menampilkan puisinya di mading. Namun akhir - akhir ini tidak ada lagi yang pernah membaca puisinya. Aku adalah seseorang yang cukup menyukai karya – karyanya. Kala itu ada sebuah puisinya yang berjudul “ Duri yang Tumbuh di Dalam Daging,” sebenarnya aku tidak paham apa maksud Sherya. Sudah lama kusimpan pertanyaan itu. Suatu ketika Sherya mendapat nomor lima pada sebuah kertas dan ternyata kertasku juga bertuliskan nomor lima.” Berarti sekarang kami adalah teman kelompok,” itu pikirku . Ajakan Sheryai kuterima untuk mengerjakan tugas kelompok di rumahnya. Tanpa mengganti seragam, aku segera berangkat menuju rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun