Mohon tunggu...
Paras Tuti
Paras Tuti Mohon Tunggu... Guru - Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Kosong itu penuh. Dan, penuh itu kosong

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sapaan-sapaan yang Bikin Bingung Orang Jepang

16 Januari 2015   06:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:02 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14213959521988637558

[caption id="attachment_391201" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi orang Jepang/Kompas.com"][/caption]

“Kok kurusan ya".
"Agak gemukan ya..

"Wah,..seger banget,..makmur ya”
Sapaan yang menyangkut dengan kondisi berat badan ini, sangat tidak nyaman, begitu kata seorang teman perempuan Jepang yang sudah lama tinggal di Indonesia. Karena bagi semua perempuan Jepang menyinggung atau bertanya berat badan dan usia adalah sesuatu hal yang tabu banget. Sebetulnya bagi sebagaian orang Indonesia, sama. Tetapi tentu saja tidak semua orang Indonesia seperti perempuan-perempuan Jepang, yang betul betul menutup diri. Dalam hal ini, masih lebih banyak perempuan Indonesia yang tidak memasalahkan pertanyaan semacam itu.

Tetapi beda lagi dengan sapaan ini,
“Kok wajahnya pucat gitu, cepetlah istirahat”,
“Capek ya?”.
Beberapa teman Jepang yang lama tinggal di Indonesia mengakui bahwa orang Indonesia sangat perhatian pada kondisi tubuh lawan interaksinya. Sapaan semacam itu, orang Jepang tidak melakukan sesering orang Indonesia. Dan ternyata mereka merasa sangat senang, karena merasa diperhatikan.

Yang membuat penulis senang adalah sapaan seperti berikut, karena ternyata di kota-kota kecil yang jauh dari metropolitan, masih memilki kebiasaan menyapa yang mirip dengan di Indonesia. Bedanya, orang Indonesia sampai sekarang, baik dikota besar atau pun di pedesaan masih akrab di telinga sapaan semacam itu. Misalnya,
“Mau pergi ke mana?”
Terhadap pertanyaan seperti itu, bagaimana mereka meresponnya, juga hampir mirip dengan orang Indonesia. Kalau mereka ditanyai seperti itu dan tidak ingin mengatakan tujuan yang sebenarnya, jawaban
“Chotto soko made (Ke sana sebentar)”.

Jawaban seperti ini, sebetulnya bukan berarti mengabaikan pertanyaan lawan bicara. Lawan bicara akan memahami dan tidak akan bertanya-tanya lagi. Jika masih ada pertanyaan lebih lanjut lagi misalnya, pertanyaan ini tidak perlu dijawab, karena hanya sebuah bentuk salam. Jadi, tidak harus dijawab dengan sungguh-sungguh. Jadi mereka pun yang tinggal di Indonesia rupanya juga terbiasa dengan pertanyaan seperti itu.

Di daerah Kansai Osaka, karena dikenal dengan kota dagang, maka sapaan atau pertanyaan yang banyak digunakan sebagai pengganti salam adalah
“Moukarimakka ? (Apakah anda beruntung anda hari ini ?)”.
Orang yang ditanyai akan menjawab
“Bochi-bochi ?(ya, saya mendapatkan laba cukup, hari ini)”.
Ini pertanda cara menyapa suatu bangsa sangat tergantung oleh kebiasaan yang berlaku di daerah tersebut,

Sapaan yang aneh bagi orang Jepang yang tinggal di Indonesia dan biasa dilontarkan oleh orang Indonesia adalah
“Sudah mandi?”.
Awalnya mereka sangat bingung dengan pertanyaan itu. Menurut mereka, toh bukannya hal yang aneh jika bepergian keluar rumah saat sore hari waktu jam mandi, keluar rumah tanpa mandi. Tapi ini adalah ternyata hal yang karakteristik sekali bagi orang Indonesia yang ada di tropis dan mayoritas Islam, ternyata sapaan itu bukan semata-mata membersihkan badan, tapi sekalian membersihkan jiwa karena sekalian mengambil wudhu, karena sudah masuk waktu sholat Ashar.

Menurut hemat penulis, sebaiknya memang kebiasaan membersihkan badan kayak orang Jepang itu sepertinya lebih pas. Karena begitu kita siap tidur, badan kita dalam keadaan bersih, jadi lebih nyaman dalam tidur. Itulah yang menjadi sebab banyak orang Jepang tidak mandi pagi begitu mau melakukan aktivitas hari itu, Karena mereka pikir, membersihkan badan sebelum berangkat tidur itu sudah cukup bersih walau sudah melewati jam tidur segala, jadi mandi pagi itu tak diperlukan. Oleh karenanya ada olok-olok demikian,
“Pantes bau, eh ternyata ada yang belum mandi”.

Satu lagi sapaan atau pujian yang bikin bingung orang Jepang.
“Aduuuh lucunya,…namanya siapa?”.
Ya, pemakaian kata seru “aduuh” ini yang tidak sama dengan pelajaran yang mereka peroleh saat awal mereka belajar Bahasa Jepang. Waktu ditanya mengapa orang Indonesia memakai kata “aduuh”, padahal khan “tidak merasa sakit”,…hehehe penulis pun juga sempat kebingungan menjawabnya.

Bila sudah semakin akrab, mungkin suatu hari dalam perjalanan pulang, akan disapa
“Sono uchi asobi ni kite ne, (kapan-kapan mampirlah ke rumah saya)”
oleh tetangga atau kenalan. Sebaiknya jangan merasa senang dan senantiasa akan menunggu hari kapan diundang main ke rumahnya. Tetapi, biasanya sampai kapan pun undangan resmi tidak akan datang.

Jika main ke rumah orang Jepang tanpa undangan resmi, akan membuat bingung siempunya rumah. Sebetulnya sejak awal mereka tidak pernah bermaksud untuk benar-benar mengundang, karena ajakan tersebut hanya sebagai bagian dari bentuk salam. Jika benar-benar menginginkan anda berkunjung ke rumahnya, maka dia akan mengundang secara resmi dan mencari waktu yang tepat bagi anda dan dirinya.

Jadi yang harus diperhatikan, adalah jika datang ajakan makan bersama, sebaiknya jangan tinggalkan dompet. Dan satu lagi, jika ada ajakan main ke rumahnya, gak perlu senang dulu, karena bisa jadi hanya pengganti salam saja. Jadi jangan terlanjur kege-eran dulu ya, jika diajak makan atau diajak mampir main ke rumahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun