Mohon tunggu...
Paras Tuti
Paras Tuti Mohon Tunggu... Guru - Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Kosong itu penuh. Dan, penuh itu kosong

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sakura dari Selatan

12 April 2014   12:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:46 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_331317" align="aligncenter" width="300" caption="Dok. pribadi"][/caption]

Hari ini, pagi tak juga menampakkan senyumnya.
Mentari yang biasanya menemaninya, asyik bersembunyi di balik awan.
Seakan tak memperdulikan pagi berlalu tanpa kehangatannya.

Bulan ketiga tahun ini merangsek perlahan
Penanggalan yang dimiliki Doraemon
Membukakan gerbang tuk musim semi masuk dengan nyaman
Selangkah demi selangkah buliran salju dia tinggalkan

“Sakura,…sakura,..bukalah kelopakmu!” angin berbisik memanggil
Sakura merespon dengan dahan-dahan yang menggigil

“Bagaimana aku bisa tersenyum mengembangkan kelopak cantik,
jika matahari pagi ini pun engan keluar dari tempat pesembunyiannya”
Sakura berteriak dalam diamnya

Sakura paham betul, jika cuaca tak menghangat
Kelopaknya enggan menampakkan diri pada dunia
Dan dunia hanya bisa berharap cepat
Tuk mendapatkan transfer semangat dari dirinya.

Pagi ini, entah mengapa selimut ini menyeretku meringkuk
Mengajakku mengikuti alur hangatnya
Dalam kehangatan aku nyaman meringkuk

Kebayang pemandangan dari layar kaca semalam
Seorang gadis kecil meringkuk dalam dingin
Hanya tatapan hangat, sebuah energi sanggup dia berikan
Pada kondisi lunglai bapaknya yang tak berubah dari malam ke malam

Gadis kecil itu telaten membasuh
Tubuh yang lusuh
Gadis kecil itu jauh dari asuh
Tinggalkan dunia main yang bagi dirinya angkuh

Gadis cilik itu bak Sakura
Dia juga berteriak dalam diam
Dentuman diam itu sanggup gerakan semua panca inderanya
Untuk mengayomi tubuh ringkih dalam kelam

Ahh,…aku juga harus meninggallkan selimut
Toh mentari telah menghangat
Walau masih juga menghantarkan dingin yang menggeliat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun