Mohon tunggu...
paramesti raditya
paramesti raditya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa semester 5

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penggunaan Vape sebagai Tren Masa Kini bagi Kesehatan

22 September 2022   00:59 Diperbarui: 22 September 2022   01:07 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebiasaan merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sudah tidak asing di masyarakat yang sulit untuk dihilangkan serta memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan. Menurut data dari dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) pada tahun 2021, penggunaan rokok di Indonesia mencapai 70,2 juta orang dewasa secara keseluruhan dengan 65,5% pria dan 3,3% wanita dan sebanyak 19,2% secara keseluruhan penggunaan rokok pada pelajar menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada tahun 2019.

Merokok tidak hanya membahayakan orang yang merokok saja melainkan juga dapat membahayakan orang sekitar yang menghisap asap rokok. Menurut World Health Organization (WHO), penggunaan tembakau telah menewaskan lebih dari 8 juta orang per tahun dan sekitar 1,2 juta kematian di dunia akibat terpapar asap rokok. Pada sebatang rokok terdapat 4.000 jenis bahan kimia dengan kisaran 400 diantaranya beracun dan 40 diantara jenis bahan kimia tersebut dapat menyebabkan kanker pada tubuh (Hutapea dan Fasya, 2021).

Tembakau memiki berbagai macam produk di pasaran seperti rokok, vape, rokok gulung, rokok kretek, dan lain-lain. Selain penggunaan rokok konvensional, belakangan ini muncul tren baru dalam merokok yaitu penggunaan vape yang termasuk ke dalam e-cigarettes (rokok elektrik). Menurut data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) penggunaan rokok elektrik di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 6,2 juta orang dewasa secara keseluruhan dengan 5,8% pria dan 0,3% wanita.

Rokok elekrtik atau vape awalnya digunakan untuk menghilangkan kecanduan dari rokok konvensional bagi perokok aktif atau biasa disebut personal vaporizer yang merupakan cara alternatif untuk berhenti merokok (Hutapea dan Fasya, 2021). Penggunaan vape semaikin marak dikalangan publik karena masyarakat beranggapan bahwa rokok elektrik memiliki kandungan nikotin yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional. Selain itu, bagian liquid pada vape banyak yang diformulasikan dengan rasa yang menarik seperti buah-buahan, susu, coklat dan sebagainya yang membuatnya semakin menarik.

Penggunaan rokok elektrik atau yang ramai dikenal di pasaran sebagai vape bekerja dengan cara memanaskan larutan yang sering mengandung gliserol dan baterai, alat penguap, dan katrid dengan cairan yang akan disemprotkan melalui corong (Carlsen dkk, 2018). Vape berbentuk seperti sistem tangki dimana liquid tidak tampak dari luar dan liquid tersebut dapat disi ulang. Secara umum vape terdiri dari tiga bagian, yaitu battery bagian yang berisikan baterai, atomizer bagian yang berfungsi untuk memanaskan dan menguapkan larutan nikotin, dan catridge yang berisikan nikotin (Hutapea dan Fasya, 2021).

Vape memiliki tiga kandungan utama di dalamnya, yaitu nikotin, propilen glikol, dan gliserin yang akan dihasilkan dari pengasapan dengan dosis dari nikotin dalam vape dapat diatur sesuai keinginan pengguna (Putra dkk, 2019). Nikotin merupakan suatu bahan kimia di dalam tembakau yang memiliki efek kecanduan dan membahayakan perkembangan otak dalam jangka Panjang. Selain mengandung nikotin, vape juga mengandung zat berbahaya lainnya yaitu aerosol yang bersifat karsinogenik terhadap tubuh (Carlsen dkk, 2018). Penggunaan vape dalam jangka panjang dapat membahayakan kesehatan dimana asap dari vape dapat membahayakan paru-paru dan system kardiovaskular, terjadinya perubahan inflamasi, dan perubahan perkembangan organ. Penelitian pada hewan yang terpapar asap dari rokok elektrik menunjukkan bahwa adanya kerusakan struktur paru-paru, keruakan struktur alveolus paru-paru, dan menyebabkan stress oksidatif. Partikel halus dari asap vape akan menembus jaringan paru dan kemudian akan masuk ke dalam aliran darah sehingga menyebabkan kerusakan paru-paru (Putra dkk, 2019).

Tingginya penggunaan vape di masyarakat umum karena mereka beranggapan bahwa vape memiliki kandungan nikotin yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional. Penggunaan vape yang menjadi tren dan pengganti penggunaan rokok konvensional ternyata sama-sama menimbulkan efek yang membahayakan bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa penggunaan vape tidak lebih baik dari penggunaan rokok konvensional.


Daftar Pustaka

Carlsen, K. C. L., Skjerven, H. O., & Carlsen, K. H. (2018). The toxicity of E-cigarettes and children's respiratory health. Paediatric respiratory reviews, 28, 63-67.

Hutapea, D. S. M., & Fasya, T. K. (2021). Rokok Elektrik (Vape) sebagai Gaya Hidup Perokok Masa Kini di Kota Lhokseumawe. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM), 2(1), 92-108.

Putra, A. I., Hanriko, R., & Kurniawaty, E. (2019). Pengaruh efek paparan asap rokok elektrik dibandingkan paparan asap rokok konvensional terhadap gambaran histopatologi paru mencit jantan (Mus musculus). Jurnal Majority, 8(1), 90-94.

World Health Organization. (2019). Global Youth Tobacco Survey: Fact Sheet Indonesia 2019.

World Health Organization. (2021). Global Adult Tobacco Survey: Fact Sheet Indonesia 2021.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun