Mohon tunggu...
Panusunan Lubis
Panusunan Lubis Mohon Tunggu... Programmer - Adventurer

Mari Berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Anak Batu

15 Oktober 2020   20:18 Diperbarui: 16 Oktober 2020   02:17 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jepretan Goa batu di Salah Metropark, Ohio (AS)

Penulis sedang kuliah Master of Information Systems Management di Amerika Serikat sekarang.

Instagram

Youtube

Terkisahlah seorang anak yatim piatu yang menyerah karena ia merasa otaknya tumpul dan susah memahami pelajaran. Dengan lunglai dan berat hati, ia pamit pada gurunya. Tidak ada yang bisa diperbuat oleh Sang Guru. Namun, ia berpesan pada murid tersebut agar tidak pernah berhenti belajar.

Pulanglah si murid tersebut menuju rumahnya. Di tengah perjalanan, hujan turun dengan derasnya. Ia pun bergegas mencari tempat berteduh. Akhirnya, ia menemukan sebuah gua dan menunggu hujan reda.

Saat dalam keheningan, ia mendengar suara gemericik air. Penasaran, ia pun mendekati asal suara tersebut. Ternyata, suara itu berasal dari air yang menetes pada sebongkah batu besar.

Ia mendekat dan tercengang melihat tetesan air tersebut ternyata mampu membuat batu besar itu berlubang. Ia sejenak berfikir tentang dirinya yang baru saja menyerah dengan proses belajarnya.

"Kenapa aku kalah dengan batu? Padahal akal dan pikiranku tidaklah sekeras batu ini. Kalau batu keras seperti itu saja bisa terbentuk dengan hanya tetesan air yang sedikit. Berarti yang kubutuhkan selama ini adalah kesabaran dengan menambah lama belajar", pikirnya.

Dengan bersemangat ia kembali menemui gurunya dan menyatakan akan belajar kembali. Ia bertekad belajar lebih keras dan semangat dari sebelumnya. 

Setelah bersabar mengikuti pendidikan, usahanya pun membuahkan hasil. Ia mampu menulis dan merampungkan berbagai kitab populer yang kemudian jadi rujukan bagi pencari ilmu. Kitab-kitab tersebut sekarang dipelajari oleh jutaan manusia di muka bumi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun