Mohon tunggu...
Wira Ananta Rudira
Wira Ananta Rudira Mohon Tunggu... -

".. lebih baik hidup dalam keterasingan dari pada harus menyerah pada kemunafikan .."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kicau Dari Kami, Anak Bangsa yang Menuntut Ilmu di Negri yang dilanda kekacauan

2 Februari 2011   10:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:57 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12966465481942984297

[caption id="attachment_88642" align="aligncenter" width="620" caption="Mesir/Admin (AFP Photo)"][/caption] Demonstrasibesar-besaranyang dilakukan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat di NegaraMesir yang terjadi hampirdiseluruh pelosok negeri, terhitungsatu minggu sudah hal tersebut berjalan, dan hingga kini nampaknya belum ada tanda-tandasama sekali menuju kearah kondisi stabil, mengingat belum terpenuhinya tuntutan rakyat yang meminta kepada Presiden HusniMubarak selakurezim yang berkuasa untuk mundur dari jabatannya sebagai kepala Negara.

Rakyat menilai kepemimpinannya yangberjalan hampir 3 dekade ini tidak membawa Negara Mesir ke arah lebih baik, bahkan bisa dibilang cenderung diktator dan penuh KKN, sehinggabanyak menyengsarakan rakyat kecil, terlebih Mesir yang bisa dibilang termasuksebagai salah satu juragan mInyakdunia hampir sebagian besar rakyatnya masih hidup dibawah garis kemiskinan.

Adapun demonstrasiyangberjalan saat ini mengingatkan kita dengan kerusuhanyangterjadi di Indonesia pada tahun 1998, yang mana pada saat itu suasanaterbilang kacau, demonstrasibesar kecil terjadi dimana-mana di tiap instasi pemerintah menuntut rezim berkuasa untuk turun, lebih dari itu suasana chaos tersebut dimanfaatkan oleh sebagian kalangan untukmelakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab, seperti menjarah toko-toko, menjebol mesin ATM dan melakukan hal-hal kriminal lainnya. Hal serupa itulah yang bisa dirasakan di Negara Mesir saat ini.

Demonstrasiyang di mulai sejak tanggal25 Januari kemarin, membuat hampirsebagian besaraktifitas yang berada di negara tersebut terhenti, diperparahusai keputusanpresiden untuk memutus segala macamsaluran komunikasi yang adamulai dari Internet, sambungan telepon dan lain-lain, terhitung mulai hari jum’at tanggal 28 januari, mereka khawatir (red. alat komunikasi ) akan dimanfaatkan pihak provokator untuk media pengumpul massa. Akibatnya bisa dibayangkan membuatsuasana yang ada semakin mencekam lebih-lebih bagikami pelajar asing yang tinggal di negara tersebut.

Tak luput juga dengan penutupan aktifitas perbankan membuat kamimerasa horor, bagaimana tidak? meskipun kinisaluran telepon sudah diaktifkan kembali oleh pemerintah, demonstrasi yangdilakukan di akhirpenghujung bulan januari , dengan sebagian besar dari kami adalah pelajar yang untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya bergantungdengan kiriman orang tua dari negara masing-masing,sedangkan pihak Bank terhitung sejak tanggal29 januari menutup seluruh aktifitas mereka, pun begitu juga yang dirasakan oleh teman-teman yangpada tiap bulannya menantikan kucuran dana beasiswa,mereka mengeluh karenabeasiswa tidak bisa turun dengan alasan tidak bisa melakukan penarikan karena aktifitasbank yang lumpuh.

Sungguh lengkap kiranya apa yang kami rasakan saat ini ketika merasakan bertambah mahalnya segala macamkebutuhan pokokyang diakibatkan oleh kekacauan tersebut,hinggasudah menjadi nyanyian yang biasa dilantunkan dengan nyaring oleh kami sesama pelajar asing lebih-lebih setanah air yang mengungkap kerisauannya karena hingga kini persediaan rumah baik makanan pokoknyaris habis sedangkan uang sudah gak ada lagi.

Ditambahdengan diberlakukannya sistem jam malam oleh pemerintah, yaknilarangan untuk berada di luar rumah mulai pukul 15.00 CLT – 08.00 CLTyang konon selain untuk menertibkan pengunjuk rasa juga untuk mempermudah penangkapan kembali para napi yang kabur dari penjara disebabkan pembakaran yang terjadi dilakukan oleh demonstran yang konon telah di skenario oleh pihak-pihak tertentu untuk memperkeruh situasiyangada, membuat sebagian besar mahasiswa yang mengandalkan hidupnya dengan bekerja sebagai juru masak dirumah makan khas Indonesia harus gigit jari, karena pemberlakuanjam malam tersebut berefek tertutupnya aliran keuangan yang menjadi andalan mereka saat ini.

Sungguh kiranya hanya doalahyang menjadisatu-satunya andalankami saat ini, karena hingga detik ini belum ada aksi nyata yang bisa kami rasakan secara langsung dari pihak KBRI mesir selain hanya himbauan untuk tetap waspada dan jaga diri, kiranya mungkin, kami ingin berteriak dan mengatakan kalau yang kami butuhkan saat ini bukan hanya sekedar himbauan tersebut, tolong bantu kami secara nyata, beri kami kepastian apa solusi mereka untuk membawa kami keluar dari kondisi semacam ini? evakuasi kah? Atau solusi nyata yang lain? Bukan hanya mantra sakti “sabar”.

Sungguh iri kiranya kami, melihat begitu cekatannya pemerintah negara-negarayang lain, mengambil tindakan untukmengevakuasiteman-teman negara lain, pada saat kekacauan berjalan baru beberapa hari, mengingat keselamatan warga negara adalah diatas segala-galanya,sungguh berbedajauh dengan apa yang kami alami.

Bahkan beberapa jam sebelum menulis catatan kecil ini dengan tatapan nanar kami menyaksikan pemberitaan yangmenyebutkandikirimnya beberapa pesawat tambahan oleh negara Cina untuk mengevakuasi warga negaranya yang masih banyak berada di Mesir, sambil berharap-harap cemas terselip berita Indonesia melakukan hal serupa.

Setelah jenuh dengan keadaan yang ada, kabar terakhir yang di dapatkan teman penulisdaribeberapa staff KBRI dan PPMI selaku Induk organisasi pelajar Indonesia di negara ini,menuai secercah harapan yang membuat penulis tersenyum, yaknitelah di evakuasinya sebagian kecil warga Indonesiayang muali akan dilakukan malam ini,yang untuk gelombang pertama akan di isi oleh ibu-ibu dan anak kecil serta sebagian kecil mahasiswi,yang menurut sumber yang lain sekitar 450 orang.

Tapi lagi-lagi senyum kegembiraan itu harus berubah menjadi senyum kegetiran, karena ketika salah seorang teman penulis menanyakan kapan kira-kira gelombang selanjutnya akan dilaksanakan, merekahanya memberikan jawaban “tergantung pusat”,karena mereka masih ingin mengamati situasi terakhir sebelum memutuskan evakuasi tahap berikutnya.

padahal dari banyak kabar yang diberikan oleh orang tua kami melalui sambungan telepon mengatakan “sabar le..diberita peresiden SBY sudah menginstruksikan untuk mengevakuasi seluruh Warga Negara Indonesia yang berada di Mesir ” .

“syukuri apa yang ada..” haruskah mengutip cuplikan lagu yang di populerkan oleh grup band d’massiv, atau malah menggumamkan lirik “ter-la-lu” milik raja dangdut Rhoma Irama yang sekiranya mewakili keadaan seperti ini,lagi-lagi hanya kalimat “semoga yang terbaik” lah yang menjadi andalan kami untuk menghibur diri.

Apalagi kah yang akan di tunggu wahai bapak pejabat?Tidak malukah anda dengan negara lainyang sudah terlebih dahulu mengamankan warganya disituasi saat ini? Situasi sepertiapakah gerangan kiranya yang menjadiparameter bapak-bapak sekalian untuk mengambil kebijakan mengevakuasi kami? Menunggu korban kah? atau apa bapak?Tidakkah anda sedikit berempati kepada kami disini yang ditiap harinya berharap-harap cemas akan kebutuhan pokok kami disini harus dipenuhi dengan apa? Sedangakan uang yang ada ditangan kami hampir habis? Apakah kiranya yang bapak rasakan ketika mendengar salah satu dari teman kami mengatakan “seandainya saja orang tua bisa melakukan transaksi transfer di Bank, sudah pasti saat ini juga aku pulang, dari pada nunggu kebijakan evakuasi pemerintah yang gak jelas, wong.. untuk keselamatan warganya sendiri kok masih mikir-mikir”.

Cairo, 01 Februari 2011

Penulis

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun