Mohon tunggu...
Ari Pangarso
Ari Pangarso Mohon Tunggu... Freelancer - Wirausaha

"Menulislah jika ingin menciptakan sejarah mu sendiri"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Warkop pun Beridealis

30 Juni 2017   20:34 Diperbarui: 30 Juni 2017   20:38 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekarang kita sudah tak jarang lagi melihat warung kopi ber-jejer jejer di jalan. Warung kopi pun juga bermacam jenis sebutan nya. Ada angkringan, kopling, giras dll. Mungkin bisnis Warkop skrng ini lagi nge-hits dan menjanjikan. Dengan beragam tema yg diusung oleh pemiliknya Warkop skrng ini menjadi tempat yang nyaman utk sekedar nyangkruk dan berdiskusi ringan maupun berat. dan tentu varian2 kopi nya pun beraneka ragam dan warna. 

Akhir2 ini Warkop yg saya sebutkan di atas yg bisa saya sebut Warkop konvensional mulai mendapat saingan dari Warkop yang mengusung tema cafe atau Warkop modern. Tp saya akan coba melihat bukan dari sektor penghasilan nya namun dari sektor peminatnya. 

Untuk Warkop konvensional peminta nya sebagian besar para masyarakat menengah kebawah yang meliputi pekerja,pengangguran,atau mahasiswa yg doyan ngomong ngalor-ngidul. Bahan yg diobrolkan pun beraneka macam, tentang keadaan ekonomi-penghasilan, isu isu sosial, wacana aksi dan literasi bagi mahasiswa. Bagi pengangguran mungkin sekedar menghabiskan waktu dengan bermain Remi,karambol,catur dan.. hahaha 

Juga bukan rahasia umum lagi bahwa sebagian besar aksi turun ke jalan yg digalang mahasiswa bermula dr Warkop konvensional ini. Bahkan sekarang ide ide membuka wacanan jalanan yg biasa disebut perpus jalanan juga bermula dan bekerja sama dengan para pemilik warung kopi pinggir jalan ini. Karena dengan tempatnya yang nyaman dan merakyat,warkop konvensional lah yang menjadi arena Demokrasi yg sesungguhnya selain pasar. Karena disana bisa timbul dan muncul ide atau wacana yang menarik. Dari sinilah saya tarik kesimpulan bahwa Warkop konvensional ber-idealis kerakyatan. 

Muncul Warkop dengan tema cafe atau modern. Setarbak misalnya, bisa kita lihat yang biasa duduk di dalam sana adalah para hartawan atau masyarakat menengah ke atas lah. Wacana dan diskusi di dalam sana pun tidak kalah menarik, perihal bisnis, keadaan ekonomi dll. Tetapi dengan cesing atau latar yg agak mewah dan modern. Setarbak menjadi suatu anti klimaks bagi Warkop konvensional. Dr segi harga kopinya,suasana dalam ruangan nya dsb. Dengan kesimpulan yang sengaja ditarik oleh kaum penggemar Warkop konvensional atau bisa juga dari peminat Warkop modern ini, setarbak ber-idealis kapital,imperial,liberal atau apalah apalah lagi. 

Hari ini saya baca kabar berita di berbagai media dengan topik utama boikot setarbak. meski sudah bukan lagu baru lagi tp wacana ini selalu menjadi trending topik di semua linimasa medsos. Saya pun berpikiran dua arah. Hal ini di inisiasi oleh semua kalangan atau hanya oleh mereka pebisnis Warkop konvensional?? 

Bukan nya membela setarbak,krn sy juga sekalipun tak pernah masuk kesana. Tetapi, diluar konteks demokrasi negara kita dan jaman nya pasar bebas. Negara kita ini punya semboyan "Hamengku" yang dapat diartikan me-mangku semua yang ada di negeri ini. Dengan kemajuan jaman dan teknologi seharusnya kita sebagai warga negara dan dunia lebih memposisikan dirinya atau mawas diri terhadap dua hal tersebut.bukan nya saling sindir,serang atau bahkan saling boikot antara satu dengan yang lain. Kemajuan teknologi dan jaman sudah tak dapat dihindari lagi, maka sebaiknya marilah kita meningkat kan kemampuan dan upaya kita bersatu dalam persatuan bukan saling seorang seperti kabar yang saat ini jadi trend. Marilah berkompetisi dengan jiwa yang kompetitif.. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun