Mohon tunggu...
Ari Pangarso
Ari Pangarso Mohon Tunggu... Freelancer - Wirausaha

"Menulislah jika ingin menciptakan sejarah mu sendiri"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bram ( Umbulandu Paranggi) Sufi Sejati

20 April 2017   13:46 Diperbarui: 20 April 2017   13:56 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dimulai dari cerita terdampar nya saya di "pulau" Ngayogyokarto 3 tahun silam. Disana saya mengenal seorang lelaki paruh baya (waktu itu) yg bernama pak Bram. Berawal dari perbincangan sederhana di angkringan disertai kopi anget, wedhang uwuh, cemilan dan rokok akhirnya saya dekat sama lelaki ini. Entah apa hanya pandangan dan pikiran saya, semua orang di sekitar angkringan itu agak melihat heran karena saya jadi akrab sama lelaki ini. Tetapi saya ya tidak berpikir jauh akan hal itu. Tiba waktu saya diajak sowan ke rumah petak yang di kontrak nya di daerah condong catur. Disana saya mulai menemukan jawaban apa sebab "wong-wong" itu terheran heran saya dekat sama pak bram, lah wong rumah nya ga lazim kok. Gak ada tivi, kursi, meja bahkan kasur pun gak ada. Hanya tumpukan kertas dan koran yang menghiasi tiap sudut rumah ini. Iya emang masih ada yg lain sebagai hiasan, tak lain adalah bungkus rokok yg sudah tak ada isinya *hahaha

Sampe subuh dia dan hanya dia yg ngoceh kayak burung lomba, entah itu cerita hidupnya entah apalah itu, mau gimana lagi mripatku wes ngantuk rek. Saya hanya menangkap kisah romantisme nya dg gadis malang yg kebetulan kuliah di jogja. Namanya nanik. Dia bilang kalo dia sangat dan amat sangat mencintainya, namun aneh nya dia tidak mau rasanya itu diwujudkan dg fisik, biologis apalgi nafsu. Dia hanya mengkhayal tentang si nanik. 

Tiba suatu malam sekitar jam 11 malam, pak bram mengetuk pintu kos saya lalu mengajak saya jalan keluar cari anget anget. Sampailah saya di warkop seberang THR jogja. Tanpa obrolan sedikitpun saya dan pak bram menikmati malam hanya dg segelas wedhang uwuh sama udud. Tak terasa sudah jam setengah 4.entah angin dari mana yg membuat dia akhirnya bicara. 

"Ar, kamu coba kedepan liat bis yg dari arah malang namanya bis agung anugrah" 

"Oh, mbk nanik datang pak?" Tanya saya

"Wes toh deloken wae" 

Lalu saya bergegas kedepan dan melihat bis agung anugrah hanya meluncur lewat depan saya. 

"Loh pak, bis e mung liwat mboten mandek" kataku

"Oh yasudah biar" jawabnya entheng. 

Tak pikir mbak nanik datang tp ternyata tidak, wah wah pak ini agak gak jangkep, pikirku. 

Selang semingguan dia mengajak saya membeli tiket bus malam ke malang. Dia kayaknya mau ke rumah si mbk nanik yg kebetulan rumahnya di jalan diponegoro nomer 3.oke kita berangkat. Sesampainya di malang kita berjalan menuju jalan diponegoro. Tiba di depan rumah di jalan diponegoro nomer 3, langkah kaki pak bram semakin cepat dan tak mau menolehkan lehernya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun