Mohon tunggu...
Pandu Pradana Wahyudi
Pandu Pradana Wahyudi Mohon Tunggu... Lainnya - Sarjana Sains Teologi

Berbagi pemikiran melalui tulisan dalam rangka menjadi garam dan terang dunia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pekarangan yang Berbeda di Langit yang Sama

5 Oktober 2022   15:48 Diperbarui: 5 Oktober 2022   16:44 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari di pekaranganku
Lantunan suara adzan merasuk lembut di telingaku
Harumnya dupa yang kau bakar mulai menari-nari di hidungku
Di saat yang sama kubernyanyi gembala baik bersuling nan merdu
Entah mengapa semua terasa menyejukkan kalbu

Sederhana sekali
Kisah kita dibangun cukup dengan secangkir kopi
Dalam suasana yang mesra kita bercerita tentang hari ini
Tak ada rasa benci dan sakit hati saat saling berbagi solusi
Di sini, tak ada pula yang membanggakan pekarangan pribadi
Dengan kasih, semua saling mendengarkan, mengormati, dan menghargai
Demi lebih baiknya kualitas diri

Perbincangan kita tak cukup hanya wacana
Bergandengan tangan kita tunjukkan aksi yang nyata
Bersama-sama keluar dari pekarangan yang berbeda
Sejenak menengok dan mengulurkan tangan pada mereka yang menderita

Biarlah Karl Marx berkata agama adalah candu
Biarkan juga Nietzche berkata Tuhan telah mati
Namun merawat keberagaman adalah candu yang tidak pernah mati bagi aku dan kamu yang telah lama menyatu

Terkadang dalam lamunan kuteringat sebuah masa
Masa di saat dulu kita memandang pelangi setelah hujan mulai reda
Awalnya dengan keluguan, kita hanya tahu indahnya saja
Tanpa kita tahu warna apa yang membentuknya
Semakin hari pengetahuan kita semakin terbuka
Hingga kita tahu ada warna merah, kuning, dan hijau di sana
Apa yang kita tahu ternyata berbeda saat semakin dewasa
Ada tujuh warna yang membuat pelangi tampak sungguh mempesona

Ah, aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan keadaan yang ada
Karena tak ada satu pun kisah indah yang tercipta selain kisah kita
Kita yang saling menyapa dan tertawa bersama
Kita yang tinggal di pekarangan yang berbeda di langit yang sama

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun