Mohon tunggu...
Pandu Kurniawan
Pandu Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Ruang yang tepat untuk menuangkan gagasan dalam tulisan. Scribo, ergo sum...!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hermeneutika, Apa Artinya?

9 Agustus 2021   23:40 Diperbarui: 9 Agustus 2021   23:42 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dewa Hermes/ilmusaku.com

Hermeneutika adalah sebuah cara memahami teks dengan meng-eksplisit-kan makna-makna yang tersembunyi (implisit) dalam teks. Mencari noumena di balik fenomena. Memahami sebuah teks sama saja melakukan suatu eksplisitasi eksistensi Dasein dari kekaburannya. Suatu interpretasi tentang ‘yang ada’. Hermeneutika bukanlah refleksi tentang ilmu-ilmu kemanusiaan, melainkan tentang landasan ontologisnya. 

Ontologi pemahaman bermula dari refleksi mengenai ‘mengda-dalam’ (being-in) daripada ‘mengada-dengan’ (being-with), bukan ‘mengada-dengan orang lain’ melainkan ‘mengada-dalam-dunia’ (being-in-world). 

Fokus hermeneutika ala Heiddeger yaitu lewat bahasa. Bahasa adalah cara makna ‘Ada’ tampil,namun sekaligus juga tersembunyi. “Language is the house of Being”. Bahsa adalah cara kita memahami realitas, dan cara realitas menampilkan diri kepada kita. Ringkasnya, Hermeneutika tidak lagi sebagai suatu metode memahami teks, melinkan ciri keberadaan ‘Dasein’ yang bertanya tentang keberadaanya dalam dunia.

Hermeneutika-nya Gadamer (Ontologi)

Hermeneutika adalah interpretasi terhadap teks dengan cara menceburkan diri ke dalam teks tersebut. Membiarkan teks yang membimbing pembaca. Pada titik ini, hermeneutika bukan lagi soal intelektual, melainkan soal imajinasi. Dasar pengalaman hermeneutika melalui tiga ranah : ranah estetika, ranah historis, dan ranah bahasa. 

Dalam ranah estetika, pengalaman yang bagaiaman dipukau oleh objek yang mendahuluinya, sehingga buka kemungkinan untuk menilai selera secara kritis. ‘Penilaian atas selera’. 

Dalam ranah historis, kesadaran yang terbawa oleh tradisi  adalah sesuatu yang menggerakkan segala bentuk pengujian metodologi ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial. Dalam ranah yang terakhir, bahasa sebagai sarana yang dapat mengakomodasikan suara-suara manusia. Bahasa adalah ‘Ada’ yang bisa dimengerti. “Language is Being that can be understood”

Hermeneutika Paul Ricoeur (Historisitas)

Hermeneutika bertugas untuk membantu pembaca memahami dan menafsirkan teks. Setiap teks memiliki diskursusnya masing-masing. Hermeneutika berusaha untuk merealisasikan diskursus mengenai teks tersebut. Sehingga, konsekuensi untuk penafsiran teks harus melihat beberapa hal, antara lain: Historisitas, artinya melihat konteks asli teks dan siapa yang menulisnya. 

Selain itu juga harus melihat konstruksi/struktur teks itu sendiri dengan pertimbangan teori-teori, misalnya: Psikoanalisis, Strukturalisme/Semiotik, Dekonstruksi, dsb. Menafsir selalu berhadapan dengan fenomena, Di dalam teks, ada tulisan. Di balik tulisan, ada bahasa. 

Bersamaan dengan bahasa, ada simbol-simbol. Penafsir menempatkan langkah awal sebagai subjek yang belum bersentuhan dengan fenomena. Akan tetapi, tidak mensyaratkan suatu “posisi nol”. Pada saat berhadapan dengan bahasa, penafsir harus waspada. Sebab, sifat bahasa begitu kontekstual (polisemi) dan simbolik. Beberapa pemikir sebelumnya menekankan apa yang didapat dari teks. Istilahnya, apa itu kebenaran. Ricoeur sedikit berbeda dengan mengganti penelusuran what dengan how. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun