Mohon tunggu...
Pande Anggarnata
Pande Anggarnata Mohon Tunggu... Lainnya - from nothng says everthing

Staf pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Klungkung Bali

Selanjutnya

Tutup

Politik

Twit Pak Mantan

21 Januari 2017   12:08 Diperbarui: 21 Januari 2017   12:29 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Mantan kembali membuat heboh dunia maya dengat twitnya, banyak orang kelabakan kemana arah twitnya. Namun sebagaian besar mengambil kesimpulan yang sama, twit orang teraniaya, twit prihatin, twit korban. Seperti yang selama ini sudah menjadi hapalan public bahwa Pak Mantan selalu prihatin.

Sebagai seorang korban dan orang yang taat beragama beliau mengadu kepada Tuhan.  Mungkin sudah tidak ada lagi tempat mengadu, tempat terakhir mengadu ya pada Tuhan. Mau mengadu kepada Pak De Jokowi, belum ada undangan. Menunggu apa yang ditunggu, menanti apa yang dinanti…. Baper, yak karena Pak De baru saja mengundang pak Try Sutrisno dan BJ. Habibie ke istana. Merasa diri sebagai Presiden 6 yang memiliki kemampuan menyelesaikan semua persoalan bangsa, kecuali menyelesaikan Hambalang dan 36 Proyek pembangkit listrik, tentu Pak Mantan sangat gusar, ilmu dan kemapuannya seakan tidak terlihat oleh Pak De Jokowi, keterlauan Pak De…

Juru fitnah dan penyebar hoak berkuasa dan merajalela. Ayoooo… siapa yang sering nyebar fitnah…siapa yang sering nyebar hoak….. kayanya ga jauh-jauh dari Pak Mantan deh. Tapi ga mungkin pak mantan akan mengatai dirinya sendiri, tentu maksudnya adalah orang lain..lalu siapa? Siapa lagi kalo bukan Pak De dan Pak Tito. Dengan Kecerdasan yang luar biasa Kapolri berhasil mengkerdilkan FPI, karena tujuannya memang bukan untuk membubarkan, cukup dikerdilkan saja, sehingga tidak akan menjadi parasite bagi NKRI. Begitu banyak fitnah dan tuduhan keji yang dilemparkan pentolan-pentolan FPI dengan dugaan menistakan Pancasila, Agama Krsiten, Pecalang Bali sampai Hansip, keterlaluan juga ya.  

Dibagian lain pasangan dari sang anak mpok Silvy juga sedang mengalami proses pemanggilan, terkait dugaan korupsi dana bansos dan pembangunan Mesjid. Ini jelas pukulan yang berat bagi Pak Mantan dalam menyukseskan jejak sang anak. Kalau ada yang masih ingat saat debat, dimana pertanyaan yg ada di hapalan, langsung diambil alih oleh Agus, kalo pertanyaan yang ga ada di hapalan diserahkan ke mpok silvy, makanya menjadi semakin berat jika mpok silvy konsentrasinya terbagi dalam menghadapi pemilihan ini.

Tapi Pak Mantan agar mengingat beberapa hal dalam pidato yang beliau ucapkan sendiri tanggal 2 Nopember 2016, sebelum aksi  Bela Islam yang menghadirkan 7 Juta orang (kata nya), kata beliau “ Jadi kalau ingin negara tidak terbakar amarah penuntut keadilan, pak Ahok ya mesti diproses secara hukum. Jangan sampai beliau dianggap kebal hukum. Penegakan hukum juga harus 'transparan dan adil, jangan direkayasa. Jika proses penegakan hukum berjalan benar, adil, transparan dan tidak direkayasa, rakyat juga harus terima apapun hasilnya”. Coba Pak Mantan ucapkan kata kata tersebut kepada Mpok Silvy dan pak Riziq, jangan sampai mereka berdua itu dianggap kebal hukum.  Terima saja apaun hasilnya, dan yang pasti ga perlu menunggu lebaran kuda.

Kapan rakyan & yang lemah menang. Sekaranglah saatnya rakyat menang, tidak seperti jaman pak mantan, mengelola Negara dengan autopilot, penuh pencitraan. Pengumuman penurun harga BBM tugas Presiden, pengumuman kenaikan harga BBM tugas Wakil Presiden. Sebagai seorang mantan, Pak Mantan jangan pernah beranggap sebagai seorang rakyat biasa, bapak adalah mantan. Kalau kasarnya, sebagai seorang BEKAS PRESIDEN ber prilakuklah sebagai seorang Negarawan Sejati, memberikan ide dan pemikiran yang konstrukif buat Negara, tinggalkan jabatan ketua partai, jangan memaksa anak ikut pilkada, kalau prilaku dan pemikiran Pak Mantan masih saja penuh dengan ambisi kekuasaan karena jabatan ketua partai mewajibkan untuk itu, maka anda tidak lebih dari seorang PRESIDEN BEKAS.

Pande Anggarnata, belum pernah menjadi pengamat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun