Aku,
Seorang sepi yang berjalan dalam sunyi
Bagai mengendap dalam gelap,
Langkahku tak berbunyi
Pernah ku terjebak dalam bilik,
Sesak akan buaian indah ilusi
Bersama sepasang kaki lain yang,
Kukira bagian dari tubuhku
Namun ternyata itu bukan lah Aku
Sewindu ku terbebas dari bilik, dan ku lanjutkan langkah,
Menuju sebuah ruang hampa, berisikan Cawan,
Permata, Gelas Safir, dan Mahkota Raja
Sempat ku terdiam dalam ketakjuban, tak lama,
Ya sekitar 2 bulan,
Namun saat ku sentuh semua kemilau itu, ternyata ia hanya sebuah hologram kenangan masa lalu
Sampai akhirnya Kau datang, sambil berdiri di sisi pintu
Seakan menungguku sadar akan kepalsuan yang kupandang
Tak lama setelah itu, mataku tertuju pada paras sederhana,
Namun bercahaya
Tanpa kata kau sambut julur tanganku,
Baru ku tersadar akan rasa yang sama,
Antara diriku dan dirimu
Ku pegang erat tanganmu, hingga getarannya sampai ke ujung kaki
Siapa sebenarnya Engkau?
Dalam diam kau memandang,
Lewat bibir manis mu, kau lontarkan senyuman
Seolah memberi isyarat pada ku yang lugu bahwa,
Kau adalah diriku,
Kau bagian dari tubuhku,
Kau sigaran jiwaku dan,
Kau lah aku.
Brebes, 25 Maret 2022