Mohon tunggu...
Gendis Pambayun
Gendis Pambayun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan peramai dunia dan pengedukasi kesehatan jiwa

Seorang penyuka makanan pedas, penyuka seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah mencintaimu, Nda

19 Oktober 2018   08:28 Diperbarui: 19 Oktober 2018   08:55 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Friska memandangi wajah Barly, laki-laki yang sudah 10 tahun ini menjadi suaminya. Tertidur lelap dengan tenang dan terpancar kelegaan hatinya setelah melewati banyak masalah terjadi dikehiduoan mereka.

Friska menghela nafas panjang, menyeka airmatanya yang tanpa disadarinya telah membasahi kedua pipinya. Cinta memang buta, begitu kata orang-orang. Biarlah dunia cemburu melihat kebahagiaan kami. Dan, biarlah kematian menjadi lelucon diakhir cerita kami.

"Maafkan aku, mas. Aku selalu berharap tidak akan ada lagi hal-hal rumit yang menjadi beban hidupmu lagi" batin Fiska, sambil memandang suaminya.

**

5 tahun berlalu, namum Friska belum ada tanda-tanda memberi malaikat kecil dalam rumah tangga mereka. Keluarga Barly seperti memiliki senjata sebagai alat untuk menghasut Barly. Padadasarnya Barly sendiri tidak mempermasalahkan tentang hadirnya buah hati diantara dirinya dengan Friska. Namun, keluarganya terutama ibu selalu menjadikannya masalah. Dan, seakan-akan keterlambatan Friska dalam memberi buah hati adalah senjata terampuh yang  jadi alat untuk bisa membuat kekacauan dalam rumah tangga Barly.

Sehingga, Friska sering sekali mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari ibu dan saudara-saudara suaminya. Sampai pada suatu hari Friska mendengar ibu mertuanya berbincang dengan adiknya (tantenya Barly).

"Rum, besok antar aku ke Ngadirejo lagi, aku ingin Barly mendengarkan kata-kataku agar dia mau meninggalkan perempuan mandul itu."

"Mbakyu, sudah tidak perlu dilanjutkan , nanti kalau Barly tahu dia akan marah besar kepada kita" sahut tante Rumini mengingatkan kakaknya, ibunya Barly suami Friska.

"Asal kamu diam tidak akan ada yang tahu jika aku main dukun untuk membuat Barly membenci perempuan mandul itu," sahut perempuan yang dipanggil mbakyu.

Seketika, seluruh persendian Friska seakan copot dari tautannya. Friska tidak mampu melanjutkan langkah menuju ruang santai yang disebelah dapur rumah besar ibu mertuanya. Friska terduduk dilantai tanpa alas, aimatanya mengalir tanpa mampu ditahan lagi. Lalu Ia bangkit perlahan menuju kamarnya dilantai atas. Ditumpahkannya airmatanya, andai tidak mendengar sendiri tentu Friska tidak akan percaya, jika ibu mertuanya  menginginkan perceraiannya dengan putranya.

"Haruskan aku menceritakan  apa yang aku dengar kepada Ayah (Friska memanggil Barly dengan sebutan ayah)?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun