Mohon tunggu...
Paman Tigis
Paman Tigis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Periodisasi Keris: Zaman Kabudan

5 Desember 2016   18:54 Diperbarui: 25 Januari 2017   14:46 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia perkerisan di Indonesia untuk menentukan periodisasi keris terlebih dahulu para ahli melakukan suatu perkiraan bilah keris yang disebut dengan menangguh. Menangguh berasal dari kata tangguh yang memiliki pengertian suatu cara untuk memperkirakan tahun pembuatan keris atau bisa juga memperkirakan gaya (style) keris yang merujuk pada wilayah tertentu. Istilah gaya (style) wujud atau bentuk keris dalam dunia perkerisan disebut dengan pasikutan.

Pasikutan atau sikutan adalah istilah untuk menilai gaya irama bentuk serta kesan perwatakan tosan aji, khususnya keris (Ensiklopedia Keris, 2011). Ada beberapa macam jenis pasikutan dalam dunia perkerisan, yaitu :

  1. Pasikutan kaku, yaitu bentuk bilah keris yang cenderung tidak serasi dan janggal,
  2. Pasikutan wingit, yaitu bentuk bilah keris yang cenderung menimbulkan suasana menyeramkan atau terkesan angker,
  3. Pasikutan prigel, yaitu bentuk bilah keris yang terkesan tangkas dan terampil,
  4. Pasikutan sedeng, yaitu bentuk bilah keris yang sedang (tidak terlalu panjang atau terlalu pendek),
  5. Pasikutan demes, yaitu bentuk bilah keris yang rapi dan enak dipandang,
  6. Pasikutan wagu, yaitu bentuk bilah keris yang kurang serasi dan kurang harmonis,
  7. Pasikutan odol, yaitu bentuk bilah keris yang kasar dan terkesan asal jadi,
  8. Pasikutan kemba, yaitu bentuk bilah keris yang hambar,
  9. Pasikutan tanpa semu, yaitu bentuk bilah keris yang tidak mempunyai kesan,
  10. Pasikutan sereng, yaitu bentuk bilah keris yang terkesan galak dan keras,
  11. Pasikutan bagus atau ayu, yaitu bentuk bilah keris yang terkesan menyenangkan, luwes.

Selain dari gaya (style) bilah keris, memperkirakan asal-usul keris bisa juga dari kesan perabaan bilah keris itu sendiri, warna bilah keris (cenderung kebiruan, kemerahan, kehijauan dsb.), pengetrapan bahan pamor, dan ricikan (komponen-komponen) bilah keris.

Periodisasi keris secara umum di Indonesia dibagi menjadi beberapa zaman yaitu :

  1. Zaman kuno (125 M – 1125 M)
  2. Madya kuno ( 1126 M – 1250 M)
  3. Sepuh tengahan (1251 M – 1459 M)
  4. Tengahan (1460 M – 1613 M)
  5. Nom (1614 M – 1945 )
  6. Kamardikan (1945 – sekarang)

Sedangkan periodisasi kerajaan di Indonesia ialah :

  1. Salakanagara (130-362)
  2. Kutai (abad ke-4)
  3. Tarumanagara (358–669)
  4. Kendan (536–612)
  5. Galuh (612-1528)
  6. Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)
  7. Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13)
  8. Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)
  9. Kerajaan Medang (752–1006)
  10. Kerajaan Kahuripan (1006–1045)
  11. Kerajaan Sunda (932–1579)
  12. Kediri (1045–1221)
  13. Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)
  14. Singhasari (1222–1292)
  15. Majapahit (1293–1500)
  16. Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)

Baik periodisasi keris maupun periodisasi kerajaan di Indonesia memang diakui memiliki berbagai versi. Hal ini semakin menambah khazanah pengetahuan dari sudut pandang manakah kita akan mempelajarinya.

Pada zaman kuno, periodisasi keris masih dibagi dua masa, yaitu masa kadewatan dan masa kabudan.

Sebagian pecinta keris menganggap bahwa masa kabudan ini terjadi sekitar abad ke-6 sampai 9 atau 10, yakni seperiode dengan masa-masa pembangunan candi Borobudur sampai dengan masa kerajaan Kahuripan (Ensiklopedi Keris, 2011). Dari periodisasi kerajaan di atas dapat kita simpulkan bahwa masa kabudan berlangsung di era kerajaan Galuh (612-1528), Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7), Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13), Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9), Medang (752–1006), dan Kahuripan (1006–1045).

Pada masa kabudan ini empu pencipta keris diantaranya ialah :

1. Empu Mayang (725)

Karya empu Mayang ialah Sang Carubuk, Kebo Lajer dan keris Singha. Dari nama keris yang diciptakan bisa jadi empu Mayang ialah empu Dewayasa II.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun