Mohon tunggu...
palge
palge Mohon Tunggu... Wiraswasta - petik pelajaran dari masa lau

menulis lah.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

S.M.O.K.I.N.G Can Kill You

18 September 2014   02:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:23 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

S.M.O.K.I.N.G CAN KILL YOU

(Hanya judulnya aja yang bahasa inggris ya, full arikel in bahasa).

Teman baik saya – seorang gadis, dongkol dan marah saat kusarankan untuk merokok kalau sedang menghadapi situasi yang tidak enak atau stress.

“Mengapa menyarankan hal begitu kepada saya?” katanya dengan nada kesal.

“Sabar dulu, jangan langsung marah gitu donk” timpal saya.

“Saya hanya menyarankan persis seperti alasan teman-teman ketika kutanya mengapa mereka masih merokok” lanjut saya mencoba meredakan amarahnya. Sebenarnya saya tidak serius menyarankan dia merokok sih.

Mengapa orang merokok?

Nah, itu pertanyaan yang punya sejuta satu, bukan seribu satu jawaban, tergantung dengan siapa pertanyaan itu dialamatkan.

Tetapi secara umum mayoritas perokok akan menjawab : “Merokok itu nikmat kawan”. Kalau kita kejar dengan pertanyaan berikutnya : “Senikmat apa?” Wah itu menjadi relatif, sebab kenikmatan belum ada standarnya, paling tidak sepengetahuan saya hingga saat ini.

Sejak kapan manusia merokok?

Nah ini pertanyaan yang agak susah. Saya terpaksa harus tanya mbah google untuk pertanyaan yang satu ini.

Salah satu hasil dari googling saya menyatakan bahwa konon katanya hingga akhir abad ke-15 tidak ada yang tahu tentang tanaman tembakau kecuali penduduk pribumi Amerika. Namun penggalian arkeologi menunjukkan bahwa sejak 4.000 tahun yang lalu atau mungkin sebelumnya suku Indian Amerika Utara telah menggunakan tembakau.

Apakah penulis artikel ini seorang penikmat rokok?

Jawabannya “iya, I used to” dan “tidak, not anymore”. Lho, koq gitu?

Hingga tahun 1998, saya masih menjadi perokok aktif, artinya menghisap asap rokok dari rokok sendiri. Sejak 1999, saya menjadi perokok passif, ya kebalikan dari perokok aktif. Sekarang menghisap asap rokok dari asapnya perokok lain, terutama di angkot dan ruang rapat.

Bagaimana akhirnya saya bisa lepas dari barang haram itu? (sory, agak kasar dikit)

Agak panjang ceritanya. Kalau anda sebagai pembaca arikel ini punya waktu luang, ya terus aja baca. Kalau tidakpun ndak apa-apa.

Tahun 1998 saya membaca sebuah buku, tapi saya sudah lupa judulnya. Buku itu bercerita bahwa ketika Tuhan menciptakan manusia (nah, bagian ini agak serius dan ilmiah dikit ya) konon katanya Dia menciptakan manusia segambar denganNya. Manusia diperlengkapi dengan barbagai kemampuan yang tidak dimiliki oleh mahluk ciptaanNya yang lain. Selanjutnya Tuhan sedikitpun tiak merasa tergantung dengan mahluk manusia yang telah Dia ciptakan tersebut.

Koq jadi ngelantur ke sana? Trus hubungannya dengan berhenti merokok tadi itu apa?

Nah, itu yang mau saya jelaskan. Sebenarnya saya sudah sejak dulu berusaha berhenti untuk merokok. Tetapi selalu gagal. Saya coba untuk mengurangi jumlah batang rokok yang saya hisap per hari. Gagal juga. Saya ganti dengan ngemil snack atau permen. Sama saja. Ketergantungan terhadap rokok tidak bisa hilang. Hingga saya kemudian merenung. Kenapa saya yang diciptakan Tuhan dengan berbagai kelebihan menjadi tergantung dengan rokok? Bukankah rokok itu ciptaan manusia? Mengapa pencipta menjadi tergantung dengan ciptaan? Bukankah saya akan mempermalukan Pencipta saya apabila saya sebagai mahluk unggul di muka bumi bahkan melepaskan ketergantungan saya terhadap rokok saja tidak mampu?

Akhirnya dengan mengerahkan segala kekuatan, saya berkata dalam diri saya “Pencipta tidak boleh tergantung kepada ciptaan”.

“Saya harus berhenti merokok”.

“Saya akan shift pandangan saya tentang merokok. Kalau dulu merokok menjadi kebanggan, sekarang TIDAK merokoklah yang menjadi kebanggan saya”.

Sejak saat itu saya berhenti merokok. Hingga hari ini.

Apakah pemerintah sudah berbuat sesuatu untuk mencegah orang merokok?

Sebagaiman biasa, nama Indonesia selalu bercokol apabila membicarakan hal yang kurang baik. Saat ini negara kita mempunyai reputasi sebagai pemilik jumlah perokok terbanyak ke tiga di dunia setelah Cina dan India (WHO, 2008).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 menunjukkan bahwa satu dari tiga orang Indonesia adalah perokok (www.readersdigest.co.id).
Yang menyedihkan, sebagian besar dari perokok tersebut berdomisili di pedesaan. Tidak mengherankan, karena masih menurut riset yang sama, orang-orang dengan pendidikan tinggi cenderung menghindari rokok.

Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 telah mewajibkan setiap industri rokok untuk memuat peringatan yang seram pada kemasan rokok, dengan gambar dan teks tentang bahaya merokok.

Terhitung bulan Juli tahun ini, dalam setiap kemasan rokok akan tercantum salah satu dari lima peringatan, yaitu : (1) Merokok membunuhmu; (2) Merokok sebabkan kanker mulut; (3) Merokok dekat anak berbahaya bagi mereka; (4) Merokok sebabkan kanker tenggorokan; dan (5) Merokok sebabkan kanker paru-paru dan bronkitis kronis.

Kelima jenis warning ini akan menggantikan peringatan berbentuk teks sebelumnya : Peringatan Pemerintah : “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.”

Apakah Peringatan ini akan berpengaruh dalam menurunkan jumlah orang yang merokok? Dalam jangka pendek mungkin tidak. Tapi dalam jangka panjang barangkali iya. Peringatan ini mungkin tidak terlalu berpengaruh kepada perokok akut, namun barangkali ada pengaruhnya kepada perokok pemula, atau yang mencoba-coba untuk memulai menjadi perokok.


Seorang teman saya, perokok berat, yang pada suatu hari saya anjurkan untuk berhenti merokok, menjawab demikian :

“Kau pasti kenal dengan bapak saya. Beliau perokok berat. Tapi beliau hidup sampai umur 75 tahun. Kau juga pasti kenal dengan si Polan, sambil menyebutkan nama seseorang, dan dia tidak perokok tapi meninggal di usia 45 tahun”.

Saya jawab aja begini : “Kalau bapaknya abang tidak merokok, mungkin beliau bisa mencapai 95 tahun, dan kalau si polan tadi itu merokok, mungkin usianya hanya 35 tahun”.

Apapun alasannya SMOKING CAN KILL YOU.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun