Mohon tunggu...
Fransiskus Pala
Fransiskus Pala Mohon Tunggu... Editor - Mencoba Memberantas Kekerdilan Jiwa

Tidak ada kata terlambat untuk memulai

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mencoba Mengerti Diri

30 November 2022   19:43 Diperbarui: 30 November 2022   19:46 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak sepenuhnya memahami diriku.

Aku yang tersusun dari aku dan juga Dia yang diam dalam aku

aku saja susah kupahami, ya tentu saja Dia yang diam dalam aku lebih tak kupahami

Keberadaanku sebagai manusia, aku paham bahwa aku berada diantara sesamaku dan alam. Di sana-lah aku dan mereka saling memberi arti. Tetapi keberadaan jiwa yang membadan pada tubuhku sulit dipahami. Lantas aku harus bagaimana? Membiarkan begitu saja, atau memahami pantarei dalam diri dan jiwaku yang  statis ini?

Aku memang tidak tahu temntang aku

Dan aku lebih tidak tahu kalau aku tahu segala sesuatu

Sebab aku yang menjadi aku terbentuk dari suatu kompleksitas

Jiwa dan raga.

Banyak orang rohani katakan bahwa jiwa hanya akan berarti dan hidup kalau raga mati

Apa yang dimaksud dengan raga harus mati? Raga ini tersusun dari partikel saraf, daging, kuli, tulang, sum-sum atau sel-sel lainnya dan berbagai macam unsur lainnya. Raga ini tentu saja terpisah dari jiwa. Dia berbeda dari jiwa. Manusia keseluruhan juga tertata dalam komponen-komponen yang saling bertautan: Badan (raga), jiwa. Dalam jiwa ini ada kehendak, intuisi, insting, perasaan dan pikiran.

Kembali ke pokok. Apa yang dimaksud dengan raga harus mati dan supaya jiwa hidup? Dalam raga manusia memiliki keinginan, lebih tepatnya raga selalu berpotensi untuk dimanja, atau raga ini pada dasarnya selau tidak kekurangan sesuatupun ia selalu menginginkan agar entitasnya tidak merasa sakit, pedih, perih ataupun kebutuhan-kebutuhan lain. Di selau menarik jiwa untuk memperhatikannnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun