Mohon tunggu...
Palagan Darussalam
Palagan Darussalam Mohon Tunggu... Administrasi - Aim For the Moon, If you miss you may hit a stars

Saya Indonesia. Saya Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penindasan dalam Dunia Pendidikan

28 Mei 2017   23:58 Diperbarui: 29 Mei 2017   00:17 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”

Itulah 3 frasa yang kita ketahui dari sekian banyak ajaran tokoh pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh pendidikan nasional yang ada kaitannya dengan perayaan Hari Pendidikan Nasional setiap tanggal 2 mei. Apa sih yang teman-teman ketahui tentang tanggal tersebut ? apa hari itu hanya sebatas perayaan semata ? jawabannya Tidak.

Hari pendidikan setiap tahunnya yang kita lewati itu seharusnya dapat kita jadikan sebuah renungan ataupun kontemplasi terhadap sistem pendidikan yang ada di negeri tercinta kita ini. Pada dasarnya pendidikan adalah sebuah wadah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara garis besar berarti pendidikan yaitu tempat generasi selanjutnya mengUpgrade diri melalui pembelajaran, pelatihan ataupun penelitian, yang mana nantinya hasil dari pendidikan tersebut dapat meciptakan perubahan sosial di lingkungannya, bukan tempat mereproduksi sistem ekonomi ataupun budaya yang sudah ada.

Tetapi kondisi hari ini sekolah atau kampus hanya tempat untuk penyuplai tenaga kerja, tunduk akan sistem yang sudah di terapkan dari sebelum-sebelumnya. Secara sosial, sekolah hari ini berfungsi sebagai pendukung sistem ekonomi kapitalis dan dominasi tertentu. Sekolah tersebut tidak menghasilkan anak didik yang berfikiran kritis dan bertindakan transformatif, akibatnya sekolah akan melahirkan anak didik sebagai pendukung sistem ekonomi yang sudah ada dan dominasi tertentu (pengikut).

Sistem pendidikan yang diterapkan hari ini bisa di analogikan sebagai “bank´(banking concept of education)dimana pelajar diberikan ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat mendatangkan hasil dengan lipat ganda. Jadi, anak didik di ibaratkan adalah objek investasi. Depositor atau investornya adalah para guru yang mewakili lembaga-lembaga kemasyarakatan mapan dan berkuasa, sementara depositonya berupa ilmu pengetahuan yang di ajarkan kepada anak didik. Lantas anak didik diperlakukan layaknya ”bejana kosong” yang akan diisi, sebagai sarana tabungan atau penanaman “modal ilmu pengetahuan” yang akan dipetik hasilnya kelak. Jadi, guru adalah subyek aktif dan murid adalah objek pasif yang penurut. Pendidikan model tersebut akan menghasilkan “nekrofili” dan bukan menghasilkan “biofili”. Implikasi yang lebih jauh adalah bahwa pada saat nanti ketika murid-murid menjadikan diri mereka sebagai duplikasi gurunya dulu dan pada saat itulah akan lahir generasi baru manusia-manusia penindas. Jika diantara mereka kelak nanti ada yang menjadi guru atau pendidik, maka daur penindasan segera dimulai dalam dunia pendidikan. Sungguh ironi sistem pendidikan tersebut.

Sistem pendidikan tersebut telah menjadikan anak didik sebagai manusia yang terasing dan tercerabut dari realitas dirinya sendiri dan realitas dunia sekitarnya, karena mereka yang berarti menjadi seperti orang lain, bukan menjadi dirinya sendiri. Sistem pendidikan seharusnya menjadi kekuatan penyadar dan pembebas umat manusia dari kebodohan itu sendiri. Dan nantinya hasil didik tersebut mampu menciptakan perubahan sosial yang berdampak luas bagi lingkungannya dan yang terpenting dapat memimpin negaranya menuju kearah perubahan yang lebih baik lagi.

MERDEKA!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun