Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Jiwa Saya Tertinggal di Berandamu

21 September 2021   15:45 Diperbarui: 21 September 2021   15:54 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu, saya tiba di kota Y. Karena memang tujuan saya tidak jelas, maka saya melepas penat dulu di bangku stasiun. Membuka gawai. Barangkali ada notifikasi yang bisa membuat gembira.

Benar saja. Dua pesan masuk via sms. Satu pesan dari provider. Mengabari saya jika ada promo paket data. Satu lagi dari nomor yang tidak saya kenal. Nomor itu mengabari saya jika saya mendapat hadiah ratusan juta.

Slmt anda terpilih. . . .
Men-dptkan Cek 189 jt
Dri PERTAMINI
code ID(717747)
selengkapnya klik.
s.id/info-pertamini-368

Saya membalas kabar menjengkelkan itu. Dengan cara menyalin isi pesan dan mengirimkannya kembali.

Sebuah keributan terjadi di depan peron. Seorang perempuan paruh baya menuding-nuding seorang laki-laki tua. Suara perempuan itu menggusur ketenangan stasiun. Saya mendekat. Beberapa penumpang mengabaikan kejadian itu. Beberapa lagi berlagak ingin tahu seperti saya.

"Lelaki tua ini menabok pantatku. Bajingan sekali. Memangnya aku murahan?"

Begitu kira-kira yang sempat saya dengar. Sebelum polisi datang dan membawa keduanya.

Lalu saya memutuskan untuk meninggalkan stasiun itu. Saya yang tidak punya tujuan memilih jalan kaki saja. Begitu keluar dari stasiun, kaki saya mengajak ke arah kiri. Saya pun mengikuti ajakan kaki saya.

Sore itu lalu lintas lumayan padat. Suara klakson bertubi-tubi meninju gendang telinga. Bau menyengat asap knalpot bus tua menyergap wajah. Hingga saya terbatuk-batuk. Saya menyumpahinya. Bagaimana bisa, kota yang sebesar ini masih menyisakan kendaraan yang sudah layak dikandangkan. Sama sekali tidak ramah lingkungan.

Di dekat jembatan penyeberangan, terdengar seseorang memanggil nama saya. Sontak saya berhenti. Lalu mencari sumber suara. Namun saya tidak menemukan siapa dia. Sekali lagi saya memeriksa barangkali ada wajah yang terekam di kepala. Hasilnya nihil.

Ketika saya berbalik dan hendak meneruskan perjalanan, perempuan itu tiba-tiba saja berada di hadapan saya. Saya kaget bukan main. Hampir saja saya tubruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun