Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Gereja Mengadakan Workshop Entrepreneurship, Kenapa Tidak?

10 Juni 2025   17:21 Diperbarui: 10 Juni 2025   18:14 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 1: Pose seusai acara, dari kiri baris depan nomor 4 dan 6, narasumber, Pak Murwadi dan Mbak Ditya bersama panitia. (Dokumentasi pribadi)

Gereja, terlebih gereja masa kini, perlu memiliki pandangan yang berkembang. Kalau selama ini gereja lebih diarahkan menjangkau kebutuhan rohani bagi umat. Kini, di gereja tertentu agaknya perlu juga diarahkan menjangkau ke kebutuhan jasmani bagi umat.

Karena, umat di gereja tertentu, atau bahkan di semua gereja, sangat membutuhkannya. Apalagi, ketika umat, tentu juga dialami oleh banyak orang, berada dalam kondisi ekonomi melemah, baik dampak global maupun nasional.

Gereja yang berada di kota atau di desa; gereja yang berjemaat banyak atau sedikit; gereja yang sudah lama ada atau gereja yang baru ada, dipastikan dapat saja terdampak oleh kondisi ekonomi yang melemah ini.

Karenanya, gereja tak cukup hanya memberi pengajaran (iman). Tetapi, juga membantu memberi ruang solusi agar umat tetap survive dalam menjalani kehidupan yang utuh. Baik kehidupan yang berhubungan dengan kebutuhan rohani maupun kebutuhan jasmani.

Sebab, keduanya sangat menunjang kesehatan, yaitu kesehatan rohani dan jasmani. Hanya satu saja yang terpenuhi, sementara yang satunya tak terpenuhi sudah pasti tak seimbang dalam menjalani kehidupan. Kalau tak seimbang, artinya, sedang mengalami sakit.

Itu sebabnya, ketika gereja mengadakan workshop entrepreneur bagi umat sebagai sebuah upaya untuk membangun keseimbangan aspek kehidupan, gereja memandang hal ini baik. Bahkan, salah satu narasumber, Pdt. Emmanuel Murwadi, S.Th., menyampaikan bahwa gereja, selain sebagai ruang umat untuk memperoleh kebutuhan rohani, tak ada salahnya juga menyediakan ruang umat untuk memperoleh referensi kebutuhan jasmani.

Kalau umat hadir pada "Workshop Inovasi Pangan: Mocaf, Tepung Masa Depan!", yang diadakan oleh Komisi Pembinaan Anggota Gereja (KPAG) Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) Kudus, Jawa Tengah (Jateng), menandai bahwa umat pun membutuhkan referensi terkait kebutuhan jasmani.

Memang referensi inovasi pangan bisa didapat dari mana saja. Apalagi pada zaman digital seperti sekarang. Referensi inovasi pangan sangat tersedia secara terbuka. Siapa pun dapat mengakses secara merdeka.

Hanya, workshop inovasi pangan yang dapat menghadirkan orang, dalam hal ini umat, di gereja sangat berbeda dengan orang mengakses inovasi pangan, misalnya, lewat gawai. Sebab, sebetulnya, umat tak sekadar mendapat referensi perihal inovasi pangan.

Tetapi, yang lebih daripada itu adalah umat dapat saling berjumpa, berinteraksi, dan praktik bersama dalam suasana yang lebih leluasa di lingkungan gereja. Dan, keakraban positif dan produktif mudah terbangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun