Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Game Literasi, Pengalaman Belajar yang Tak Sekadar Mengasyikkan

11 Mei 2025   21:05 Diperbarui: 13 Mei 2025   10:25 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Game literasi yang melibatkan banyak siswa di halaman SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, beberapa waktu yang lalu. (Dokumentasi pribadi)

Pagi itu jam literasi. Semua siswa, dari Kelas VII hingga Kelas IX, sejumlah 800-an digerakkan ke halaman sekolah. Halaman sekolah ini biasanya digunakan untuk kegiatan olahraga dan sekaligus untuk aktivitas upacara bendera. Sehingga, halaman ini berfungsi juga sebagai lapangan.

Tetapi, pagi itu untuk aktivitas yang berbeda, yaitu aktivitas literasi. Tak mudah mengelola siswa sebanyak itu agar ambil peran dalam aktivitas bersama, yang mengarahkan mereka ke tujuan yang sama.

Membutuhkan kesabaran dan ketegasan agar siswa sebanyak itu mengikuti arahan. Jika tak sabar dan tegas bukan mustahil waktu jam literasi yang terbatas, akhirnya tak termanfaatkan secara maksimal.

Tetapi, Puji Tuhan, semua siswa relatif mudah mengikuti arahan. Sehingga, aktivitas literasi bersama dapat dilakukan secara menggairahkan bagi siswa.

Sekalipun aktivitas literasi, atau lebih tepatnya disebut game literasi, ini sederhana, tetapi kompetensi siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik, dapat digarap. Yang menarik adalah 800-an siswa dapat mengalaminya.

Disebut game literasi yang sederhana karena siswa dibentuk dalam kelompok, satu kelas yang rerata terdiri atas 32 siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Dalam sekali melaksanakan aktivitas ini melibatkan empat kelas.

Mereka berbaris sesuai dengan kelompok masing-masing. Jadi, sekali melaksanakan aktivitas ada dua belas baris. Masing-masing kelompok berbaris memanjang dari depan ke belakang.

Kesederhanaan yang berikutnya adalah terletak di aktivitas literasinya. Saat aktivitas dimulai, siswa yang paling depan (yang kesatu) menghadap kepada guru yang memandu, sementara siswa yang lain menghadap ke arah sebaliknya.

Siswa yang kesatu mendapat instruksi langsung dari guru yang memandu. Instruksinya adalah ia diberitahu kata kunci, yang terdiri atas "dua kata" yang tak boleh disuarakan dan dibisikkan, tetapi diekspresikan --mungkin ekspresi wajah; mungkin gestur; atau gabungan keduanya-- sesuai dengan maksud kata kunci tersebut.

Dan, ekspresinya harus disampaikan kepada teman yang kedua setelah teman yang kedua disentuh punggungnya sebagai tanda ia harus menghadap berbalik, untuk melihat ekspresinya (siswa yang kesatu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun