Memberdayakan siswa merupakan bagian penting dalam proses pendidikan. Sebab, siswa yang berdaya berarti siswa yang aktif. Dan, proses pendidikan memang mengedepankan keaktifan siswa.
Guru hanya sebatas memfasilitasi. Yaitu, membuka ruang bagi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Kalau ada siswa yang kurang aktif, guru berusaha mencari cara agar siswa menjadi aktif.
Sebab, ada target yang harus diraih oleh siswa dalam proses pendidikan. Target ini yang diarah oleh siswa melalui aktivitas pembelajaran. Target, yang terkandung dalam kurikulum, membutuhkan keaktifan siswa.
Jika siswa kehilangan sikap aktif sudah pasti target yang harus diraih, lepas alias tak terpegang. Ini menunjukkan bahwa proses pendidikan kurang, atau bahkan tak, terkelola dengan baik oleh guru. Maka, kegagalan dalam hal ini sama artinya kegagalan guru.
Tegasnya, guru kurang dapat memberdayakan siswa. Siswa yang berdaya tak karena diperintah oleh guru. Juga tak dibiarkan oleh guru. Siswa berdaya adalah siswa yang sudah menemukan spirit dari dalam dirinya.
Semangat dari dalam dirinya juga tak karena ada tantangan. Justru tantangan yang ada sering-sering menjadi penghalang siswa untuk aktif. Karena, tantangan dipahami sebagai beban. Belum semua siswa mampu membaca bahwa tantangan adalah motivasi.
Itu sebabnya, sangat mungkin ada siswa yang putus asa. Sehingga, kehilangan semangat dalam belajar. Kalau ini yang terjadi, tugas guru menjadi semakin berat.
Siswa menjadi apatis. Bahkan, bukan mustahil malah menjadi pengganggu siswa lain. Termasuk siswa yang selama ini tampak baik, penuh semangat, dan enerjik, malah terganggu.
Dan, membiarkan keadaan seperti ini jelas akan memperburuk proses pembelajaran. Bisa-bisa semua siswa jauh dari target belajar. Kurikulum yang menjadi panduan proses pembelajaran sekaligus di dalamnya termuat target belajar menjadi sia-sia.
Tetapi, aktivitas kami, saya dan siswa, yang beberapa hari yang lalu berlangsung mungkin dapat menjadi salah satu inspirasi cara memberdayakan siswa.