Seorang teman guru menceritakan temuannya di kelas. Salah seorang muridnya sering berbuat usil di kelas dan banyak bicara.
Tetapi, teman guru memperhatikan dengan baik. Baik dalam artian murid itu diberlakukan agak berbeda dengan murid yang lain.
Perlakuan itu dimaksudkan agar murid tersebut lebih fokus dalam belajar. Tidak usil. Tidak banyak bicara. Karenanya, ia lebih sering diberi pertanyaan dan diberi kesempatan untuk maju.
Namun, cara itu ternyata tidak membuat murid tersebut berubah. Masih saja berbuat ulah dan banyak bicara. Yang, menurut teman guru mengganggu proses belajar.
Bahkan, sempat murid itu menyakitkan hatinya. Sampai(-sampai) ia mengatakan bahwa si murid tidak perlu meminta maaf kepadanya. Tetapi, cukuplah berubah sikap saja. Dan, jangan sampai hal serupa dilakukan terhadap guru yang lain.
Memang, diakui atau tidak, kadang ada murid yang seperti itu. Mungkin juga ditemukan oleh guru lain di kelas yang berbeda. Tetapi, perihal merespon murid yang seperti itu bisa berbeda satu guru dengan guru yang lain.
Ada guru yang melakukan perlakuan seperti teman guru yang menceritakan pengalamannya itu  kepada saya. Ada juga mungkin guru  yang membiarkan saja murid tersebut karena dipandang tidak mengganggu proses belajar.
Jadi, sebenarnya yang menarik adalah adanya perubahan perlakuan oleh guru terhadap murid, yang ternyata perlakuan tersebut menimbulkan perubahan sikap murid bersangkutan.
Perlakuannya, sangat bertolak belakang dengan perlakuan yang sudah-sudah. Karena teman guru tidak lagi memberi pertanyaan dan memberi kesempatan untuk maju terhadap murid itu.
Malah, ia mengatakan bahwa murid tersebut lebih cenderung dibiarkan saja. Ditanya juga tidak. Didekati juga tidak. Ya, bolehlah dibilang seperti diabaikan.
