Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Ramadan, Momen yang Tepat bagi Sekolah untuk Menghidupi Toleransi

28 Maret 2023   15:15 Diperbarui: 30 Maret 2023   08:40 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Banner ucapan selamat menunaikan ibadah puasa dipajang di sebuah sekolah swasta di Kudus, Jawa Tengah, 27/3/2023. (Dokumentasi pribadi)

Selama ini masih banyak pihak yang beranggapan bahwa pemajangan banner ucapan selamat hanya "suara" pengurus atau pengelola lembaga yang memajangnya.

Kalau sekolah yang membuat dan memajangnya, isi banner  berarti hanya mewakili "suara" komite sekolah, guru, karyawan, dan kepala sekolah.

Padahal, sejatinya tidak demikian menurut pandangan saya. Banner ucapan selamat, seperti saya melihatnya di salah satu sekolah swasta yang sudah saya sebutkan di atas, semestinya tidak dipahami hanya "suara" komite sekolah, guru, karyawan, dan kepala sekolah.

Tetapi, juga "suara" murid dan orangtua/wali murid. Sebab, murid dan orangtua/wali murid bagian dari sekolah. Keberadaan mereka tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan sekolah di tengah masyarakat.

Jika demikian keberadaannya, maka banner ucapan selamat yang dibuat dan dipajang oleh sekolah ini berarti menyuarakan pikiran dan perasaan semua warga sekolah, yang terdiri atas komite sekolah, kepala sekolah, guru, karyawan, murid, bahkan juga orangtua/wali murid.

Maka, sangat tepat kalau seperti halnya komite sekolah, kepala sekolah, guru, dan karyawan, murid dan orangtua/wali murid juga menghayati ucapan selamat yang terpampang dalam banner di atas pintu gerbang sekolah tersebut. Ini membutuhkan peran sekolah dalam mengomunikasikannya.

Penghayatan ini (akan) mengantar murid dan orangtua/wali murid mengerti dan merasakan secara sungguh-sungguh adanya pembuatan dan pemajangan ucapan selamat bagi pemeluk agama lain.

Dengan begitu, murid dan orangtua/wali murid bersama komite sekolah, kepala sekolah, guru, dan karyawan --sebagai warga sekolah-- memiliki spirit yang sama di dalam menghidupi toleransi terhadap sesama dalam konteks perbedaan apa pun.

Kita dapat menghitung berapa banyak jiwa yang akhirnya dapat menghidupi toleransi di sebuah sekolah selama bulan Ramadan. Dan, hitung juga jika di banyak sekolah melakukan hal yang serupa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun