Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menumbuhkan Sikap Bergotong Royong Anak di Sekolah

3 April 2022   19:54 Diperbarui: 4 April 2022   01:55 3498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak bergotong royong bersih-bersih lingkungan kelas. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Dijadikannya bergotong royong sebagai salah satu ciri profil pelajar Pancasila tentu berdasarkan kenyataan, bukan persepsi. Ya, setidaknya karena sikap bergotong royong yang sejak dulu telah menjadi salah satu ciri khas bermasyarakat bangsa kita, kini, sudah mulai jarang ditemukan dalam masyarakat.

Saya masih sangat ingat pengalaman masa kanak-kanak mengenai bergotong royong di desa, tempat saya bersama saudara dan orangtua tinggal. Kala itu, bergotong royong dilakukan oleh orangtua, baik ayah maupun ibu.

Saat ada tetangga membangun rumah, misalnya, tetangga yang lain, juga ayah dan ibu, ikut bergotong royong. Yang bapak-bapak bergotong royong mendirikan rumah. Mulai dari menata tanah sampai memasang atap.

Yang ibu-ibu menyiapkan minum, kudapan, dan makanan berat. Biasanya menyiapkannya di rumah tetangga atau di lahan kosong sekitar lokasi membangun rumah. Semua dilakukan secara bergotong royong.

Bapak-bapak yang ambil bagian dalam bergotong royong, sarapan terlebih dahulu sebelum memulai bekerja. Pada siang, mereka juga makan siang sembari beristirahat. Lalu, melanjutkan bekerja lagi hingga sore tiba. Sebelum pulang, mereka bersantap makan (lagi) seperti saat pagi dan siang.

Kalau bapak-bapak sibuk di bagian membangun rumah, ibu-ibu sibuk menyiapkan logistik untuk kebutuhan kekuatan tubuh.

Andai saja dalam waktu satu hari belum selesai, pekerjaan dilanjutkan pada hari berikutnya. Sekalipun begitu, tetangga yang ambil peran dalam bergotong royong, tak menerima imbalan.

Pun demikian, andai saja ada tetangga lain yang nyambat (bahasa Jawa, memiliki pekerjaan yang melibatkan tetangga), selalu dilakukan secara bergotong royong.

Tetangga kanan kiri, muka belakang ambil bagian dan tanpa pamrih. Selalu begitu mereka akan menyikapi terhadap semua tetangga ketika memiliki kerja: bergotong royong.

Tapi --seperti sudah disebut-- kini, sulit menemukan sikap bergotong royong dalam masyarakat, di pedesaan, apalagi di perkotaan. Beberapa waktu yang lalu, melalui grup WhatsApp, ketua rukun tetangga (RT) tempat saya berdomisili menginformasikan kepada warga bahwa ada kegiatan kerja bakti di lokasi musala dan sekitarnya untuk menyongsong puasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun