Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Besuk, Membangun Dua Nilai Kehidupan

26 Desember 2019   16:46 Diperbarui: 26 Desember 2019   22:34 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membesuk teman yang sedang sakit: dok.pribadi

Besuk tetangga atau kenalan yang sakit merupakan kebiasaan hidup bermasyarakat. Itu salah satu bentuk relasi sosial. Yaitu, konsekuensi manusia sebagai makhluk sosial. Hidup dalam kebersamaan yang diikat oleh norma sosial.

Kebiasaan tersebut sejak kapan dimulai, saya tidak mengetahui secara persis. Tetapi, boleh jadi sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Sejak manusia menyadari dirinya tidak sendiri. Ada manusia lain di sekitarnya.

Tentu saja awalnya  dalam lingkup sempit, sebut saja lingkup keluarga. Ketika ada anggota keluarga yang sakit, yang lain perlu datang memberi bantuan. Mungkin mengambilkan minum, makan, atau membuatkan ramuan untuk obat. Membantu entah apa pun yang sedang diperlukan oleh mereka yang sakit.

Karena orang yang sakit tidak dapat berbuat apa pun. Setidak-tidaknya kehilangan tenaga untuk melakukan tindakan. Akan melakukan ini atau itu begitu terbatas. Mengalami kesulitan. Sehingga mendorong orang (yang sehat) di sekitarnya memberi pertolongan.

Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, tindakan menolong, melihat, dan menjenguk sesama mulai meluas. Saat ada tetangga yang sakit, orang terdorong untuk menjenguk.

Kemudian, semakin meluas lagi. Yakni dalam lingkup perkampungan. Manakala ada salah seorang warga kampung sedang sakit, orang-orang yang ada di satu kampung menjenguk, entah bersama-sama atau sendiri-sendiri.

Kemudian berkembang lagi. Terhadap kenalan, teman, atau kolega dalam relasi apa pun yang sedang sakit meskipun berbeda kampung, orang berkepentingan untuk menjenguk. Tentu saja kalau ada pemberitahuan. Selain itu, jika kondisi memungkinkan. Ada kesempatan dan keadaan badan sehat.

Kebiasaan seperti itu terus berkembang hingga sekarang. Menjenguk atau besuk orang sakit, baik yang dirawat di rumah maupun rumah sakit, setiap waktu dapat kita lihat. Gilir berganti. Sebagian pulang; sebagian yang lain datang.  Hanya dalam  waktu tertentu. Lebih-lebih kalau perawatannya di rumah sakit, jam besuk sudah ditentukan. Di luar ketentuan, pembesuk tidak diizinkan masuk.

Itu sebabnya pada jam-jam tertentu di rumah sakit sepi pembesuk. Tetapi, pada jam tertentu ramai pembesuk. Di daerah saya, budaya besuk di rumah sakit, tak jauh berbeda dengan yang terjadi di daerah lain.

Lazimnya, bersama-sama dalam satu rombongan. Kalau pun ada orang yang besuk sendirian karena ia saat bersama-sama ada kepentingan yang tidak bisa ditunda.

Rombongan besuk ke rumah sakit, ini yang unik, tak jarang saya melihatnya, mengendarai mobil bak terbuka, pikap atau truk kecil. Ini kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun