Orang bilang tidak ada yang salah dengan mimpi. Demikian juga halnya dengan impian saya, yakni pengin membangun sentra industri sandang nasional berbasis batik, di Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.
Kenapa sampai kebawa mimpi. Sebab, di Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, yang selama ini dikenal sebagai daerah paling miskin di Propinsi Yogyakarta, sebenarnya gudangnya para buruh batik, sejak zaman Kasultanan Mataram. Tradisi menjadi buruh batik turun temurun hingga saat ini.Â
Sehingga, mereka ( para buruh puluhan tahun ini ) memiliki ilmu membatik yang sangat kuat, dan jauh lebih terampil dibanding para cukong dan juragan batik besar di Kota Yogyakarta. Karena banyak buruh batik yang usianya lebih dari 60 tahun, dan mereka telah membatik, memproduksi batik, di sentra sentra batik besar di Yogyakarta, jauh sebelum para bos batik yang saat ini berkuasa itu lahir.
Saya optimis, keahlian ( skil ) Â membatik yang dimiliki ribuan orang buruh batik di Kabupaten Kulonprogo ini bisa menjadi modal dasar dibangunnya sentra industri sandang nasional berbasis batik. Karena ilmu mereka sulit dicari tandingannya, tak ternilai harganya. Sekolah membatik pun belum tentu sehebat ini.Â
Dan saya telah mencoba menggapai mimpi dengan mendorong munculnya juragan-juragan batik, selama 7 tahun terakhir. Sedikitnya 14 orang buruh batik muda, meski hanya berpendidikan rendah setingkat SD, mereka bisa didorong menjadi bos-bos muda industri kerajinan batik. Bahkan, kini bos bos baru terus bermunculan, sehingga jumlah papan nama sentra kerajinan batik pun terus bermunculan di sejumlah wilayah di Kabupaten Kulonprogo.
data terakhir, kini sedikitnya 34 rumah produksi batik sudah berdiri tegak, dengan omset ratusan juta hingga miliaran. Sedikitnya 24 lebih perajin batik kelas gurem mulai menggeliat, dan terlihat berpotensi menjadi miliader berikutnya. Karena mereka anak-anak muda berbasis pendidikan seni rupa, berbakat seni dan ditunjang IT, serta memiliki pengalaman yang lebih maju dibanding generasi sebelumnya. Mereka mulai "nakal" yakni memproduksi batik yang tidak jadul, atau batik kekinian, dan dipastikan akan lebih prospektif.
Tahun 2008 lalu, ketika para buruh batik berpendidikan rendah ini saya himpun dan saya dorong menjadi para pengusaha batik dan berasosiasi, maka hasilnya dahsyat. Bereka secara ekonomi mengalami lompatan tajam, secara kultural mampu menggerakkan perekonomian sekitarnya, meski secara mentalitas masih butuh banyak sentuhan. Makmlum buruh berpendidikan rendah dalam tempo singkat berubah menjadi juragan besar, miliader. Lumarh saja jika mereka shok, karena OKB.
dibanding buruh dan masih banyak pengudaha batik yang Artinya, dahulu Kabupaten Kulonprogo, hidup dari industri, banyak melakukan rekayasa - rekayasa. Setidaknya Kabupaten Kulonprogo, sisi selatan adalah mulai
Impian saya ini, mulai bergeliat kuat, sejak saya jatuh hati dengan kerajinan batik.Â
Kini para pengusaha batik usia muda, berpendidikan tinggi, dan  berpengalaman IT, terus bermunculan. Kreasi batiknya pun makin enak dilihat, indah dipandang, dan mereka super ketat bersaing mencipta motif motif baru, yang out word looking. Di tangan 24 perajin batik muda, yang lebih sifisticated inilah saya berharap, bisa menggetarkan Nusantara. Dengan produk produk yang lebih mendunia dan tidak terkungkung oleh pakem batik lama.Â
Inilah yang kemudian saya sebut sebagai generasi peletak dasar terbentuknya sentra industri sandang nasional berbasis batik. Ciri khas batik tidak akan berubah, tetapi produk yang dihasilkan bisa merambah pasar asing, dan merambah semua segmen di dalam negeri.Â